Monday, November 30, 2015

kisah nabi musa menurut agama islam

kisah nabi musa menurut agama islam

Seperti yang telah dibahas pada cerita nabi yusuf bahwa nabi yusuf telah berjuang, berdakwah mengajak masyarakat mesir untuk menyembah satu Tuhan yaitu Allah. Namun setelah Nabi Yusuf as meninggal dunia, Sistem tahid diubah menjadi system multi Ttuhan atau menyembah banyah tuhan. Hal ini diduga kuat karena adanya campur tangan kelompok-kelompok elit yang berkuasa ketika itu. Karena ketika mesir menganut system tauhid, mereka tidak mendapatkan perlakuan istimewa, sehingga mereka mempunyai tujuan khusus untuk mengembalikan system penyembahan kepada banyak tuhan. Selanjut masyarakat mesir pun mengikuti system penyembahan Fir’aun. Lalu akhirnya mesir dipimpin oleh keluarga-keluarga Fir’aun dan mereka mengklaim bahwa mereka merupakan tuhan atau wakil wakil tuhan.
Masyarakat mesir pada dasarnya merupakan masyarakat yang beradab, mereka disibukkan dengan pembangunan peradaban. Mereka mempunyai kecenderungan keagamaan yang kuat.  Serta kelompok-kelompok masyarakat mesir meyakini bahwa Fir’aun bukanlah tuhan, namun karena mendapat tentangan yang kuat dari Fir’aun dan fir’aun memaksa agar kaumnya taat kepadanya, sehingga mereka pun terpaksa mengakui dia sebagai tuhan, namun dalam kepura puraan dan menyembunyikan keimanan dalam hati mereka. Berbagai macam Tuhan dengan bentuk berhala pun banyak sekali di mesir. Ini bisa dimaklumi karena Fir’aun  menguasai berbagai macam tuhan dan ia mengisyaratkan dengan dan berbicara atas namanya. Yang demikian itu sangat jelas di mesir. Ketika terdapat system multi Tuhan di Mesir meskipun masyarakatnya meyakini tuhan utama, yaitu Fir’aun kelompok elit yang berkuasa membatasi untuk hanya menyembah Fir’aun dan melaksanakan perintah-perintahnya serta membenarkan tindakan semena-menanya.
Nabi Musa as merupakan anak laki-laki Imran bin Yash-har, dan bersaudara dengan Nabi harun as. Nabi Musa as dilahirkan pada waktu zaman Fir’aun menguasai mesir.
Rakyat mesir ketika itu benar-benar tuntuk pada Fir’aun yang menggunakan system banyak tuhan, padahal sebelumnya telah berada di jalan yang benar melaui dakwah yang dilakukan Nabi Yusuf.  Sementara anak-anak nabi yakub atau anak-anak israil juga telah menyimpang dari TAuhid. Mereka mengikuti jalan orang-orang mesir lainnya. Tidak banyak keluarga yakub yang mempertahankan agama Tauhid, itupun dilakukan dengan cara tersembunyi.
Lalu tibalah suatu masa atas bani israil di mana mereka semakin banyak dan semakin menyebar. Mereka mengerjakan berbagai macam pekerjaan dan mereka memenuhi pasar-pasar di mesir. Hari demi hari semakin erlalu, kekuasaan mesir diperintah oleh seorang raja yang bengis yaitu Firaun, dimana-mana orang mesir menyembahnya. Raja yang jahat ini melihat bahwa bani israil semakin banyak dan semakin berkembanga serta mempunyai posisi yang penting.
Lalu Fir’aun mengeluarkan perintah yang aneh, yaitu memerintahkan agar anak yang lahir berjenis kelamin laki laki harus dibunuh. Aturan itupun mulai dijalankan. Namun para pakar ekonimi berkata kepada Fir’aun; Orang-orang tua dari bani israil akan mati sesuai dengan ajal mereka, sedangkan anak kecil disembelih maka ini akan berakhir pada hancurnya dan binasanya Bani Israil namun Firaun akan kehilangan kekayaan dan asset manusia yang dapat bekerja untuknya atau menjadi budak-budaknya dan wanita-wanita tidak dapat lagi dimilikinya. Maka yang terbaik adalah, hendaklah dilakukan suatu proses sebagai berikut : anak laki-laki disembelih pada tahun pertama, dan hendaklah mereka dibiarkan pada tahun berikutnya. Fir’aun pun setuju dengan pendapat itu, karena mengganggap pemikiran itu lebih menguntungkan dari sisi ekonomi.
Suatu hari ibu nabi Musa mengandung nabi harun, ketika itu adalah tahun dimana anak-anak kecil laki-laki tidak dibunuh dan ia pun bisa melahirkan dengan terang-terangan. Namun ketika melahirkan mengandung Nabi Musa as, ia berada di tahun dimana anak-anak kecil harus di bunuh. Sang ibu pun merasa sangat cemas dan ketahukan yang luar biasa. Ia takut bahwa jangan-jangan nanti anak yang dilahirkannya akan dibunuh juga. Ia pun melahirkan secara sembunyi-sembunyi. Dan untuk menyembunyikan anaknya, sang ibu pun menyusui secara sembunyi-sembunyi. Lalu tibalah suatu malah yang penuh berkah, dimana saat itu Allah Yang Maha Mengetahui memberi wahyu kepadanya, sebagai berikut :
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa : “Susuilah dia dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan jangan kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati. Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati. Karena sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul” (Qs 28 : 7)
Mendengar wahyu Allah yang maha kuasai itu dan panggilan yang penuh kasih saying dan suci itu, ibu Nabi Musa as langsung mentaatinya.Lalu ia diperintahkan untuk membuat peti kecil untuk Nabi Musa as. Setelah menyusuinya., ia meletakkannya di peti itu. Kemudian ia pergi ke tepi sungai nil lalu membuangnya di atas air. Ibu mana yang tega membuang anak yang dilahirkannya, hatinya penuh derita ketika ia melempat anaknya di sungai nil. Namun itu merupakan perintah dari Allah yang maha tahu dan maha pengasih serta penyayang.
Beberapa saat setelah berada di atas air sungai nil, kemudian  Allah memerintahkan arus sungai nil agar menjadi tenang dan lembut kepada bayi yang dibawanya yang nantinya akan menjadi Nabi. Sebagaimana Allah yang maha kuasa memerintahkan kepada api agar menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi nabi Ibrahim as, begitu juga Allah memerintahkan kepada sungai Nil agar membawa Nabi Musa dengan tenang dan penuh kelembutan sehingga mengarahkannya ke istana raja Fir’aun. Air sungai Nil tersebut membawa peti yang berisi nabi Musa ke istana raja fir’aun. DI sana ombak menyerahkannya kepada tepi pantai kemudia ia mewariskan kepada tepi pantai itu. Dan ANgin berkata kepada rumput yang tidur di sisi peti: “Jangan engkau banyak bergerak karena Musa sedang tidur. Rumput pun mentaati perintah angin dan Musa pun tetap tertidur.
Pada suatu ketika, matahari telah menyinari istana raja Fir’aun. Isteri Fir’aun keluar berjalan-jalan di kebun istana sebagaimana biasanya. Isteri raja fir’aun tidak sama dengan Fir’aun, Fir’aun merupakan orang kafir, namun isterinya adalah orang yang beriman. Fir’aun keras kepala, namun isterinya adalah wanita penyayang. Fir’aun adalah penjahat namun isterinya adalah wanita yang lembut dan penuh cinta. Namun wanita itu merasakan kesedihan yang dalam karena ia belum mampu melahirkan anak. Ia ingin sekali memiliki anak.  Ketika ia berhenti di sisi kebun ia mencium baru harum pepohonan di kebun itu, yang menyebarkan perasaan sedih akan rasa kesendirian.  Pada saat yang sama, para wanita yang membantunya sudah mengisi penuh tempat-tempat air yang diambil dari sungai nil. TIba tiba mereka menemukan peti di sisi kaki mereka. Kemudian mereka membawa peti itu kepada isteri Fir’aun. Istri fir’aun itu memerintahkan untuk membuaknya, setelah peti itu terbuka ia sangat terkejut ketika isi peti tersebut menampakkan isinya. Isi peti tersebut adalah seorang bayi laki-laki yang lucu tanpa dosa yang nantinya menjadi Nabi. IStri Fir’aun merasakan bahwa ia mencintai bayi itu seperti anaknya sendiri. Allah SWT meneruh dalam hatinya rasa cinta kepada Nabi Musa as sehingga berlinang air matanya.
Setelah menemuikan bayi itu, ia pun membawanya pulang. Ia membolak balikkan bayi nabi Musa sambil menangis. Kemudian Nabi Musa as terbangun dan menangis. Nabi Musa tampak lapar ia membutuhkan air susu pagi. Di saat yang sama Fir’aun sedang duduk di atas meja makan. Ia menunggu  istrinya namun belum juga dating. Fir’aun mulai marah lalu mencarinya. Tiba-tiba ia terkejut dengan kehadiran isterinya sambil membawa seorang bayi. Isteri fir’aun tampak menyayanginya. Ia terus menciumnya dan air matanya berlinang. Kemudian raja fir’aun pun bertanya “dari mana datangnya anak kecil ini?” Kemudian mereka menceritakan bahwa mereka menemukannya di sebuah peti di tepi sungai. Fir’aun berkata : “ini adalah salah satu anak Bani Israil. Sesuai dengan peraturan, anak-anak yang lahir di tahun ini dibunuh” mendengar perkataan dari Fir’aun itu, ia berteriak dan ia mendekap nabi muas as lebih keras.
Seperti yang tertulis dalam Al Qur’an
“Dan berkatalah isteri Fir’aun : “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak, sedang mereka tidak menyadarinya” (Qs. 28:9)
Fir’aun tampak keseharanan sekali melihat tingkah isterinya yang mendekap anak kecil yang ditemuka di tepi sungai. Fir;aun tampak tercengang karena isterinya menangis karena gembira, di mata fir’aun tidak pernah mendapati isterinya menangis karena sebahagia itu. Fir’aun mulai menyadari bahwa isterinya menyayangi anak itu seperti anaknya sendiri. Fir’aun berkata dalam hati : “Mungkin ia ingat bahwa ia tidak mampu melahirkan anak dan menginginkan anak ini”. Akhirnya, Fir’aun sepakat atas apa yang dikatakan oleh isterinya. Fir’aun memenuhi keinginannya dan menyetujui untuk merawat dan mendidik anak itu di istana.
Setelah mendengar persetujuan dari suaminya, tampaklah keceriaan yang  hebat di wajah sang istri. Fir’aun belum pernah menyaksikan keceriaan seperti itu. Pada sebagai seorang suami ia telah memberikan berbagai macam hadiah kepada istrunya, berbagai perhiasan dan juga budak ia berikan kepada isterinya. Namun isterinya belum pernah tersenyum. Ia menyangka bahwa isterinya tidak mengertia arti senyuman. Dan sekarang, firaun melihat wajah isterinya dipenuh dengan senyum keceriaan.  Sementar itu Nabi Musah yang masih bayi mulai menangis karena lapar. Isteri nabi firaun berkata kepada suaminya : “Anakku yang kecil sedang lapar”, kemudian firaun berkata : “Datangkanlah kepadanya wanita yang menyusui”, kemudian datanglah kepadanya seorang wanita yang menyusui dari istana. Wanita itu mencoba untuk menyusui Nabi Musa as, tapi tanpa diduga nabi Musa as malah menolkanya. Kemudian didatangkan wanita yang kedua, kemudian ke tiga, lalu sampai kesepuluh namun nabi Musa as tetap menangis dan tidak mau menyusu kepada seorang wanita pun di antara mereka.  Melihat hal tersebut, isteri firaun menangis karena tidak tahan melihat penderitaan anak kecil yang baru ditemukannya. Ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya
Namun yang merasa sedih dan menangis bukan hanya isteri firaun, ibu kandung nabi Musa juga merasa sedih dan menangis. Ketika ibunya melempar nabi Musa ke sungai nil, ia merasa bahwa ia sedang melempar buah hatinya ke sungai. Lalu peti yang dilemparkan itu hilang di bawah oleh air sungai dan beritanya pun tersembunyi. Dan ketika datang waktu pagi, ibu nabi Musa merasakan kesedihan yang selalu menghantuinya. Hampir saja ia pergi ke istana firaun untuk mendapatkan berita tentang anaknya kalau, Allah SWT menaruh kedamaian dalam hatinya sehingga ia menyerahkan urusan anaknya kepada Allah SWT.kemudian, ia berkata kepada saudara perempuan Nabi Musa as.
“Pergilah dengan tenang ke istana firaun dan berusahalah untuk mendapatkan berita tentang Musa dan hendaklah engkau hati hati agar jangan sampai mereka mengetahuimu”, kemudian saudara perempuan nabi Musa pergi dengan tenang. Akhirnya ia mendengarkan kisah tentang Nabi Musa as secara sempurna. Ia melihat nabi Musa as dari kejauhan dan mendengarkan suara tangisannya. Ia melihat mereka dalam keadaan kebingungan dimana mereka tidak mengetahui bagaimana menyusuinya. Ia mendengar bahwa nabi Musa as menolak tawaran wanita yang mencoba menyusuinya.
Saudara perempuan nabi as berkara kepada para pengawal firaun
“apakah kalian mau aku tunjukkan suatu keluarga yang dapat menyusuinya dan dapat mengasuhnya”. Lalu Isteri firaun menjawab :
“seandainya kamu dapat membawa kami kepada wanita yang dapat menyusuinya dan dapat mengasuhnya niscaya kami akan memberimu hadiah yang besar. Yaitu sesuatu yang engkau inginkan akan kami penuhi”. Lalu saudara perempuan nabi Musa as itu kembali dan menghadirkan ibunya. Si ibu menyusuinya dan nabi Musa pun menyusu dengan tennang. Melihat hal itu, isteri firaun pun sangat gembira dan berkata :
“Bawalah dia hingga waktu penyusuannya selesai, lalu kembalikanlah dia kepada kami dan kami akan memberimu sesuatu balasan yang besar atas penyusuan dan pendidikan yang engkau berikan”
Itulah cara Allah yang maha adil dan maha kuasa mengembalikan Nabi Musa kepada ibunya agar ia merasagembira dan hatinya menjadi tenang dan tidak bersedih juga agar ia mengetahui bahwa janji Allah SWT benar dan bahwa perintah-Nya dan ketentuan-Nya pasti terlaksana meskipun banyak rintangan dan tantangan, Allah SWT berfirman :
“Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hamper saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan. “Ikutilah dia”. Maka terlihatlah olehnya Musah dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya, dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yhang mau menyusui-nya sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa : “Maikah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlubait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadany?. Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” (Qs. 28 : 10 – 13)
Ibu nabi Musa as yang asli menyempurnakan penyusuan lalu menyerahkannya ke rumah firaun. Saat itu nabi Musa as disenangi dan disukai semua orang. Allah SWT berfirman :
“Yaitu : Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti,kemudian lemparkanlah ia ke sungai (nil),maka pasti sungai itu membawanya ke tepi sungai, supaya diambil oleh (fir’aun) musuhku dan musuhya. Dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih saying yang datang dari-Ku, dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku” (Qs. 20 : 39)
Tiada seorang pun yang melihat nabi Musa as kecuali ia akan mencintainya. Nabi Musa as dididik di istana terbesar di bawah bimbingan dan penjagaan Allah Yang Maha Kuasa. Pendidikan Nabi Muas as dimulai di rumah firaun di mana di dalamnya terdapat ahli pendidikan dan para pengajar. Mesir saat itu merupaka Negara yang besar di Dunia dan Firaun sebagai raja yang paling kuat. Karena itu dengan mudah Firaun mampu mengumpulkan para pakar pendidikan dan para cendekiawan.  Demikianlah hikmah Allah Swt berkehendak agar Nabi Musa as terdiri di bawah pendidikan yang besar dan ditangani pakar-pakar pendidik yang terlatih. Ironisnya, hal ini terjadi di rumah musuhnya yang pada suatu hari nanti akan hancur di tangannya, sebagai bentuk pelaksanaan dari perintah Allah Yang Maha Kuasa.
Nabi Musa as tumbuh di rumah firaun. Beliau mempelajari ilmu hisab, ilmu bangunan, ilmu kimia dan bahasa.  Beliau tidur di bawah bimbingan agama. SWehingga nabi Musa tidak mendengar omongan kosong yang dikatakan oleh pendidik tentang ketuhanan firaun. Jarang sekali ia mendengar bahwa firaun adalah tuhan. Beliau pun menepis pernyataan dan anggapan ini. Beliau tinggal bersama firaun di satu rumah. Nabi Musa mengetahui lebih dari pada orang lain bahwa firaun hanya sekedar manusia biasa yang lalim. Nabi Musa juga mengetahui  bahwa ia bukanlah anak dari firaun. Ia adalah anak seorang dari bani israil. Ia menyaksikan bagaimana para pengawal firaun dan para pengikutnya menindas masyarakat bani israil. Akhirnya, nabi Musa tumbuh besar dan mencapai kekuatannya.
Ketika para pengawal lali darinya, nabi muas as memasuki kota. Nabi Musa as berjalan-jalan di sekitar kota. Kemudian nabi Musa as mendapati seorang lelaki dari pengikut firaun yang sedang berkelahi dengan seorang bani israil. Lalu seorang yang lemah dari kedua orang itu meminta tolong kepadanya. Nabi Musa as pun turut campur dalam urusan itu. Nabi muas as mendorong dengan tangannya seorang lalaki yang berbuat aniyaa itu. Ternyata nabi Musa as membunuhnya. Ketika itu memang nabi Musa terkenal sebagai orang yang kuat. Nabi Musa berniat untuk melerai kedua orang yang berkelahi itu, namun tanpa sengaja malah membunuhnya, lelaki itu tersungkur kemudian mati.  Nabi Musa as kemudian kepada pada diri sendiri. Ini adalah perbuatan shetan. Sesungguihnya ia adalah musuh yang menyesatkan dan nyata. Kemudian nabi Musa as berdoa kepada Allah dan berkata :
“Ya TUhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku maka ampunilah aku” Allah yang maha pengampun pun mengampuninya. Allah berfirman
“Dan setelah Musa sudah cukup umur dan sempurna akalnya. Kami berikan kepadanya hikmah kenabian dan pengetahuan. Dan demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lemah, maka didapatinya di dalamkota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani israil) dan seorang lagi dari musuhnya (kaum firaun).  Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan darinya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matlah musuhnya itu. Musa berkata : “Ini adalah perbuatan setan. Sesungguhnya setan adalah musuh yang menyesatkan lagi (permusuhannya). Musa berdoa : “Ya Thanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. Musa berkata : “Ya Tuhanku, demi nikmat yang engkau anugrahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa”
Nabi Musa as adalah cermin lain dari Nabi Ibrahim as. Kedua-keduanya dari kalangan ulul azmi, tetapi nabi ibrahim as merupakan cermin kesabaran dan kelebutan sementara itu nabi Musa as merupakan cermin dari kekuatan dan keperkasaan.
Nabi Musa as menjadi takut dan terancam di tengah-tengah kota. Beliau berjanji di kemudian hari bahwa beliau tidak akan lagi menjadi sahabat orang-orang yang berbuat jahat. Beliau tidak akan lagi terlimbat dalam pertengkaran dan permusuhan antara sesame penjahat. Di tengah-tengah perjalanannya, nabi Musa as dikagetkan ketika melihar seorang yang ditolongnya kemaren itu kini memanggilnya lagi dan meminta tolong pada pada nabi Musa. Dan lagi lagi orang itu terlibat permusuhan dan pertengkaran dengan orang mesir. Nabi muas as mengetahui bahwa orang Israel ini berbuat aniaya. Nabi Musa as mengetahui bahwa ia termasuk seorang preman di wilayah itu. AKhirnya, nabi Musa as berteriak di depan wajan orang israil itu sambil berkata : “SUngguh ternyata engkau adalah orang yang jahat”

Nabi Musa as mengatakan ucapan itu sambil mendorong kedua orang itu dan ia melerai pertengkaran. Orang israil itu mengira bahwa nabi Musa akan mencelakainya maka ia diliputi rasa takut. Sambil meminta kasih saying kepada Nabi Musa as, ia berkata  : “Wahai Musa apakah kamu akan membunuhku seperti kamu membunuh orang yang kemaren. Apakah kamu ingin menjadi penguasa di muka bumi ini dan tidak ingin menjadi orang yang memperbaiki bumi.” Ketika mendengar orang israil mengatakan demikian, nabi Musa as berhenti dan amarahnya mereda. Nabi Musa as mengingat apa yang dilakukannya kemaren dan bagaimana ia meminta ampun dan bertaubat serta berjanji tidak menjadi pembantu orang-orang yang berbuat jahat. Nabi Musa as kemudian kembali dan meminta ampun kepada Tuhannya.
Orang mesir yang berkelahi dengan orang Israel itu mengetahui bahwa nabi Musa as adalah pembunuh orang mesir yang mayatnya ditemukan oleh mereka kemaren. Petugas keamanan mesir tidak berhasil menyikap kasus pembunuhan itu. Akhirnya rahasia nabi muas as terungkap, lalu seorang pria dari mesir yang beriman datang dari penjuru kota. Ia membisikkan kepada nabi Musa as bahwa ada suatu rencana untuk membunuhnya. Pria itu menasehati nabi Musa agar ia meninggalkan mesir secepatnya, Allah swt berfirman
“Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba tiba orang yang meminta pertolongan kemaren berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya : “Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sehat  yang nyata (kesesatannya), maka tatkala Musa memegan dengan keras orang yang menjadi musuk keduanya, musuhnya berkata :
“Hai Musa apakah kamu bermaksud untuk membunuhku, sebagaimana kamu kemaren telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-webang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian”. Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota tergesa-gesa seraya berkata :
“Hai Musa, sesungguhnya pembesar sedang berunding tentang kamu. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu” (Qs : 28 : 18 – 20)
Para penguasa atau para pembesar yang bertanggung jawab pada keamanan menyiapkan persekutuan untuk menyingkirkan nabi Musa as. Akhirnya kesempatan emas itu tiba. Para pembantunya mengatakan kepadanya bahwa nabi Musa merupakan orang yang membunuh orang mesir yang mereka temukan jasadnya kemaren. Selesai urusan ini. Kemudian datanglah perintah dan kesempatan untuk membunuh nabi Musa as. ORang-orang yang membenci nabi Musa as mulai mendapatkan angina kegembiraan di mana mereka akan melihat nabi Musa as terbunuh, tetapi Allah yang maha tahu mengirim orang mesir yang baik untuk mengingatkan nabi Musa agar berlari dari kejaran orang-orang yang lalim. Allah berfirman seperti yang tercantum dalam AL qur an
“Maka keluarkanlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa : ‘Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang lalim itu’.” (Qs. 28 : 21)
Nabi Musa as meninggalkan kota dan menjadi orang yang terusir. Nabi Musa as segera keluar dalam keadaan takut dan sambil waspada nabi Musa as selalu berdoa dalam hatinya : “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang lalim”. Kaum itu memang benar-benar orang-orang lalim. Mereka ingin menerapkan hukuman bagi pembunuh dengan sengaja atas nabi Musa as, padahal nabi Musa as tidak melakukan selain berusaha memisahkan orang yang berkelahi tetapi dengan tidak senagaja ia membunuhnya. Nabi Musa as segera keluar dari Mesir. Beliau tidak lagi pergi ke istana firaun dan tidak mengganti pakaiannya, dan tidak membawa makanan untuk perjalanan. Beliau tidak membawa binatang tunggangan yang dapat mengantarkannya. Beliau juga tidak pergi bersama suatu kafilah. Beliau langsung pergi ketika mendapatkan kabar dari seorang mukmin yang mengingatkannya dari ancaman firaun.
Nabi Musa as berjalan melalui jalan yang tidak biasanya dilalui orang.  Nabi muas memasukin gurun dan ia menuju ke suatu tempat yang disitu Allah membimbingnya. Ini adalah pertama kalinya beliau keluar dan mengarungi gurun pasir sendirian. Kemudian nabi Musa tiba di suatu tempat yang bernama Madyan. Nabi Musa istirahat dan duduk-duduk di dekat sumur yang bersar dimana disitu orang-orang mengambil air untuk memberi minum binatang tunggangan mereka dan juga binatang gembalaan mereka. Nabi Musa as tidak membawa makanan selain daun-daun pohon. Nabi Musa as minum dari sumur-sumur yang ditemukannya di tengah jalan. Sepanjang perjalanan Nabi Musa merasakan ketakukan, jangan jangan firaun mengirim orang untuk menangkapnya. Ketika nabi Musa as sampai di kota madyan nabi Musa as berbaring di sisi pohon dan beristirahat. Nabi Musa as merasa lapar dan keletihan. Sandal yang dipakai olehhnya terlihat mulai rusak. Beliau tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli sandal baru, dan beliau juga tidak mempunya uang yang cukup untuk membeli minuman atau makanan.
Nabi Musa as memperhatikan kumpulan pengembala yang sedang mengambil air untuk kambing-kambing mereka. Nabi Musa as ingat bahwa ia sedang lapar dan haus. Ia berkata dalam hati : “Aku dapat memenuhi perutuku dengan air selama aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan:, nabi Musa kemudian berjalan ke tempar air. Sebelum sampai, ia mendapati dua orang perempuan yang sedang memisah kambing-kambingnya agar jangan sampai tercampur dengan kambing orang lain. Melalui ilham, nabi Musa as merasa bahwa kedua wanita itu membutuhkan pertolongan. Nabi Musa as lupa terhadap rasa hausnya, lalu beliau menuju kea rah mereka dan bertanya, apakah ia dapat membantu mereka? Lalu seorang gadis yang  paling tua berkata :
“kami menunggu sampai selesainya para gembala itu mengambil air untuk binatang gembalaanmereka” 
lalu nabi Musa bertanya :
“Mengapa kalian tidak mengambil air sekarang?” kemudian gadis kecil berkata :
“Kami tidak mampu untuk berdesak-desakan dengan kaum pria”. Nabi Musa as keheranan karena mengetahui kedua gadis itu menggembala kambing. Seharusnya yang menggembala kambing adalah kaum pria. Itu merupakan tugas berat dan sangat melelahkan, tidak semestinya wanita menggembala.
“Mengapa kalian mengembala kambing” Gadis yang kecil mengatakan lagi :
“Orang tua kami sudah tua dimana kesehatannya tidak dapat membantunya untuk keluar dari rumah dan mengembala kambing setiap hari”. Mendengar hal itu Nabi Musa as lalu berkata :
“Kalau begitu, aku akan membantu kalian untuk mengambil air itu”

Nabi Musa as berjalan menuju tempat air. Nabi Musa air mengetahui bahwa para pengembala meletakkan di atas bibir suatu air suatu batu besar yang tidak bisa digerakkan kecuali oleh sepuluh orang. Nabi Musa as merangkul dan mengangkatnya dari bibir sumur. Otot-otot nabi Musa as tampak menonjol saat memindahkan batu itu. Nabi Musa merupakan pria yang kuat. Akhirnya, nabi Musa as berhasil mengambil air untuk remaja putrid itu, dan kemudian ia mengembalikan batu itu ke tempatnya. Nabi Musa as kembali duduk di bawah naungan pohon. Saat itu nabi Musa as lupa untuk minum. Perut nabi Musa menempel ke punggungnya karena karena saking laparnya. Nabi Musa as mengingat Allah yang maha esa dan memanggil Nya dalam hati :
“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudia dia kembali ketempat yang terduh lalu berdoa : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang engkau turunkan kepadaku”  (Qs. 28 : 24)
Kedua gadis itu kembali ke rumah ayahnya. Si ayah bertanya :
“Hari ini kalian kembali lebih cepat dari biasnaya?”
Gadis yang paling tua berkata :
“Sungguh hari ini kami sangat beruntung. Wahai ayah, kami bertemu dengan seorang pria yang mulia yang mengambilkan air bagi hewan kami sebelum orang-orang lain mengambilnya”
Si ayah berkata
“Alhamdulullah”
Gadis yang paling kecil berkata
“saya kira wahai ayahku dia datang dari tempat yang jauh dan tampak ia sedang lapar. Saya melihat dia dalam keadaan kecapaian meskipun ia seorang pria yang kuat”
Lalu si ayah berkata kepada anak perempuannya :
“Pergilah engkau padanya dan katakana, sesungguhnya ayahku memanggilmu untuk memberimu upah atas jasamu mengambilkan air untukku”. Kemudian anak perempuan itu pergi menemui Nabi Musa as dalam keadaan hatinya berdebar-debar. Perempuan itu berdiri di depan Nabi Musa as dan menyampaikan surat dari ayahnya. Nabi Musa as bangkit dari tempat duduk dan pandangannya tertuju ke bawah. Nabi Musa as tidak bermaksud mengambilkan air untuk mereka dengan tujuan mengharapkan upah dari mereka. Beliau membantu mereka hanya semata-mata karena Allah SWT. Beliau merasakan dalam dirinya bahwa Allah SWT lah yang menggerakkan beliau untuk membantu mereka.
Gadis itu berjalan di depan Nabi Musa as kemudian bertiuplah angin dan menyentuh pakaiannya sehingga nabi Musa as menunduk padangan matanya karena merasa malu. Nabi Musa as berkata kepada gadis itu :
“saya akan berjalan di depanmu dan tunjukkanlah jalan padaku”. Mereka pun sampai di kediaman si ayah. Sebagian ahli tafsir mengatakan bawah si saya ini adalah Nabi Syu’aib as. Beliau memperoleh usia panjang setelah kematian kaumnya. Orang tua itu menghidangkan kepada nabi Musa as makan siang dan bertanya kepadanya dari mana ia datang dan kemudian ke mana ia akan pergi,
Nabi Muas as mengungkapkan ceritanya. Orang tua itu berkata kepadanya, jangan khawatir dan jangan takut. Engkau akan selamat dari orang-orang yang lalmi. Negeri ini tidak tunduk pada mesir dan mereka tidak akan sampai di sini. Mendengar ucapan itu, nabi Musa as menjadi tenang dan bangkit untuk pergi. Salah seorang anak perempuan itu berkata kepada ayahnya dengan berbisik :
“wahai ayahku, berilah dia upah. Sesungguhnya engkau akan memberikan upah kepada seorang yang kuat dan jujur”
Si ayah bertanya kepadanya :
“bagaimana engkau mengetahui dia seorang lelaki yang kuat”
Anak perempuannya menjawab
“Saya lihat sendiri ia mengangkat batu yang tidak mampu diangkat oleh sepuluh orang lelaki”
Si ayah bertanya lagi :
“Bagaimana engkau mengetahui bahwa dia seorang yang jujur”
Perempuan itu menjawab :
“Ia menolak untuk berjalan di belakangku dan ia berjalan di depanku sehingga ia tidak melihatku saat aku berjalan. Dan selama perjalanan saaat aku berbincang-bincang denganya, dia sellau menundukkan matanya ke tanah sebagai rasa malu dan adab yang baik darinya”
Kemudian orang tua itu memandangi Nabi Musa as dan berkata kepadanya :
“Wahai Musa, aku ingin menikahkanmu dengan salah satu putriku. Dengan syarat, hendaklah engkau bekerja menggembala kambing bersamaku selama delapan tahun. Seandainya engkau menyempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah kemurahan darimu. Aku tidak ingin menyusahkanmu, sungguh insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang saleh”
Nabi Musa as kemudian berkata  :
“Ini adalah kesepakatan antara aku dan engkau dan Allah SWT sebagai saksi atas kesepakatan kita, baik aku akan melaksanakan pekerjaan selama delapan tahun maupun sepuluh tahun.  Setelah itu, aku bebas untuk pergi ke mana saja”

Allah SWT berfirman
“Kemudian datanglah kepada Musa seorang dari kedua wanita itu berjalan malu-malu, ia berkata :
“Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu’aib berkata :
“Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang lalim itu” Salah seorang dari kedua wanita itu berkata :
“Wahai bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang aling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. Berkatalah dia (Syu’aib)
“sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak berhak memberatkan kamu. Dan kamu insyaAllah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. Dia (Musa) berkata :
“itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang aku ucapkan” (Qs. 28 : 25 – 28)
Lalu menikahlah nabi Musa as dengan salah satu anak gadis dari nabi SYu’aib as dan perjanjian yang telah ditentukan itu telah dijalankan dan dilaksanakan oleh Nabi Musa as.
Demikianlah nabi Musa mengabdi kepada Nabi Syu’aib as selama sepuluh tahun penuh. Pekerjaan Nabi Musa as terbatas pada keluar dari rumah di waktu pagi untuk mengembala kambing. Sepuluh tahun waktu yang dihabiskan oleh Nabi Musa as di Madyan merupakan suatu ketentuan yang dirancang oleh Allah SWT.

Nabi Musa as berdasarkan islam dan agama tauhid.  Nabi Musa as menghabiskan masa sepuluh tahun itu dalam keadaan jauh dari kaumnya dan keluarganya. Masa sepuluh tahun ini adalah masa yang paling penting dalam kehidupannya. Ia merupakan  masa persiapan yang besar. Pada setiap malam Nabi Musa as merenungkan bintang-bintang. Nabi Musa as mengikuti terbitnya matahari dan tenggelamnya. Pada setiap siang nabi Musa memikirkan tumbuh-tumbuhan; bagaimana ia membela tanah dan mekar. Nabi Musa as memperhatikan hari; bagaimana ia menghidupkan bumi setelah bumi itu mati, lalu bumi itu menjadi tempat yang indah dan subur. Nabi Musa as memperhatikan alam yang luas dan ia tempak tercengan dan kagum dengan ciptaan Allah SWT.
Sebenarnya pemikiran-pemikiran dan perenungan-perenungan tersebut jauh jauh hari sudah tersembunyi di dalam dirinya dan menetap di dalam jiwanya. Bukankah nabi Musa as terdidik di istana Firaun. Ini berarti bahwa beliau menjadi seorang mesir yang mempunyai wawasan luas, orang mesir menunjukkan kekuatan fisiknya, orang mesir dengan segala makanannya dan minumannya. Jadi, segala hal yang ada pada nabi Musa as berbau mesir. Nabi Musa as siap sipa untuk menerima wayu dari Allah dengan bentuk yang baru. Yaitu wayu Illahi yang langsung datang tanpa perantara seorang malaikat di mana Allah SWT yang berbicara dengannya secara langsung.
Oleh karena itu, sebelum datangnya watyu itu perlu adanya persiapan mental dan moral, sendangkan persiapa fisik telah selesai dilaluinya di mesir. Nabi Musa as tumbuh di sitana yang paling besar yang dimiliki penguasa di bumi dan di suatu pemerintahan yang paling kaya di bumi. Nabi Musa as menjadi seorang pemuda yang kuat di mana bukan hanya sekedar memisahkan seseorang yang berkelahi, namun justru membunuhnya meski tanpa sengaja. Setelah persiapan fisik yang kuat, kini nabi Musa as harus melewati persiapan mental yang seimbang. Yaitu persiapan yang dilakukan melalui pengasingan yang sempurna di mana beliau hidup di tengah-tengah guru dan tempat pengembalaan yang beliau belum pernah menginjakkan kakinya di sana. Beliau hidup di tengah-tengah orang asing yang belum pernah beliau lihat sebelumnya.
Sering kali nabi Musa as mendapatkan kesunyian dan keheningan di balik pengasingan itu. Allah SWT mempersiapkan hal tersebut kepada nabi-Nya agar setelah itu beliau mampu memegang amanat yang besar dari Allah SWT. Datanglah suatu hari atas nabi muas as. Selesailah masa yang ditentukan. Kemudian nabi Musa as merasakan kerinduan untuk kembali ke mesir. Dengan berlalunya waktu, hukuman yang harus dijalaninya dengan sendirinya gugur.
Nabi Musa as mengetahui hal itu, tetapi beliau juga mengetahui bahwa undang-undang di mesir sebenarnya terletak pada kekuatan penguasa, jika penguasa berkehendak maka nabi Musa as dapat menerima hukuman, dan jika tidak berkehendak maka dia akan memafaatkannya, meskipun yang bersangkutan berhak mendapatkan hukuman. Nabi Musa as menyadari hal itu, nabi muas as tidak sepenuhnya yakin ia akan selamat ketika beliau menginjakkan kakinya di mesir seperti keyakinannya bahwa beliau selamat di tempatnya sekarang. Meskipun demikian, rasa rindunya untuk melakukan perjalanan kembali ke tempatnya mendorong nabi Musa as segera menuju ke mesir. Nabi Musa mengambil keputusan yang tepat.

 Nabi Musa as berkata kepada isterinya :
“Besok kita akan mulai perjalanan ke mesir:
“Di dalam perjalanan terdapat seribu macam bahaya tetapi ketenangan tetap menghiasai Musa.” Istri nabi Musa as taat kepada nabi Musa as.
Nabi Musa as keluar bersama keluarganya dan melakukan perjalanan. Bulan bersembunyi di balik gumpalan awan yang tebal dan kegelapan menyelimuti sana-sini. Sementara itu, petir menyambar sangat keras dan langit menurunkan hujan. Cuaca tampak tidak bersahabat. Di tengah-tengah perjalanannya, nabi Musa as tersesat. Nabi Musa as mendapatkan dua potongan batu kemudian beliau memukul keduanya dan menggesek-gesekkan keduanya agar mendapatkan api dariny sehingga beliau dapat berjalan. Tapi sayang, beliau tidak mampu melakukan hal itu. Angin yang bertiup kencang memadamkan api kecil itu.
Nabi Musa as berdiri dalam keadaan bingung dan tubuhnya tampak menggigil di tengah-tengah keluarganya.  Kemudian Nabi Musa as mengangkat kepalanya dan menyaksikan sesuatu dari jauh. Sesuatu yang beliau saksikan adalah api yang sabat besar yang menyala-nyala dari kejauhan. Maka hati bai Musa as dipenuhi dengan rasa gembira. Ia berkata kepada keluarnya :
“Aku melihat api di sana”

Lalu beliau memerintahkan kepada mereka untuk tinggal di tempatnya sehingga beliau pergi ke api itu. Mungkin di sana beliau mendapatkan sesuatu berita atau akan menemukan seseorang yang dapat memberinya petunjuk sehingga beliau tidak tersesat, atau beliau dapat membawa segian api yang menyala sehingga tubuh mereka menjadi hangat.
Keluarganya melihat api yang diisyaratkan oleh nabi Musa as tetapi sebenarnya mereka tidak melihat sesuatu apapun. Mereka tetap menantinya dan duduk sambil menunggu kedatangan nabi Musa as. Nabi Musa as bergera menuju ke tempat api. Nabi Musa as segera berjalan dan menghangatkan tubuhnya, sementara tangan kanannya memegang tongkatnya dan tubuhnya tampak basah kuyup karena hujan. Nabi Musa as tetap berjalan sampai ia mencapai suatu lembah yang bernama Thua’. Beliau menyaksikan sesuatu yang unik di lembat ini. Di lembah itu tidak ada rasa dingin dan tidak ada angina yang bertiup. Yang ada hanya keheningan. Nabi Musa as mendekati api. Belum lama beliau mendekatnya sehingga beliau mendekar suara panggilan :
“Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia : ‘bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan maha suci Allah, Tuhan semesta alam (Qs. 27 : 8)
TIba tiba nabi Musa as berhenti dan badannya menggigil. Suara itu tampak terdengar dan datang dari segala tempat dan berasal dari tempat tertentu. Nabi mua as melihat api dan beliau kembali merasa menggigil. Nabi Musa as melihat api dan beliau kembali merasa menggigil. Beliau mendapati suatu pohon hijau dari duri dan setiap kali pohon itu terbakar dan berkobarlah api darinya maka pohon itu justeri semakin menghijau. Seharusnya pohon itu berubah warnah menjadi hitam saat terbakar, tetapi anehnya api justru meningkatkan warna hijaunya. Nabi Musa as tetap menggigil mekipun beliau merasakan kehangatan dan tampak mulai berkeringat.
LEmbah tempat nabi Musa as berdiri adalah lembah Thua’. Nabi Musa as meletakkan kedua tangannya di atas kedua matanya karena saking dahsyatnya cahaya. Beliau melakukan yang demikian itu sebagai usaha untuk melindungi kedua matanya. Kemudian nabi Musa as bertanya dalam dirinya”
“INi cahaya atau api?” Tiba tiba beliau tersungkur ke tanah sebagai wujud rasa takut, lalu Allah SWT memangggil :
“Maka ketika ia datang ke tempat itu ia dipanggil: wahai Musa” (QS. 20 : II)
Nabi Musa as mengangkat kepalanya dan berkata :
“Ya”
Allah berkata :
Sesungguhnya aku inilah Tuhanmu, maka tinggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, thuwa’ (Qs. 20 : 12)
Nabi Musa as ruku dan melepas kedua sandalnya, kemudian Allah SWT kembali berkata :
“Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktuhny) agar supaya tiap tipa dari itu dibalas dengan apa yang diusahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu binasa. “Qs. 20 : 13 – 16)
Nabi Musa as semakin gemetar saat beliau menerima wahyu Ilahi dan saat berdialog dengan Allah SWT. Allah yang maha pengasih dan penyayang itu berkata :
“Apakah itu yang ada di tangan kanamu, hai Musa?” (Qs. 20 : 17)

Bertambah keheranan nabi Musa as. Allah SWT adalah zat yang mengajaknya berbicara dan tentu lebih mengetahui dari nabi Musa as tentang apa yang dipegangnya, lalu mengapa Allah SWT bertanya kepada jika memang Dia lebih mengetahui darinya. Tak ragu lagi bahwa di sana ada hikmah yang tinggi. Nabi as menjawab pertanyaan itu dengan suara yang tampak menggigil :
“Berkata Musa : “ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan abgiku ada lagi kepeluan yang ada padanya” (qs. 20 : 18)
Allah befirman : lemparkanlah ia, hai Musa! (Qs : 20 : 19)

Nabi Musa as melemparkan tongkatnya dari tangannya dan rasa herannya semakin menjadi-jari. Tiba-tiba nabi Musa as dikagetkan ketika melihat tongkat itu menjadi ular yang besar. Ular itu bergerak dengan cepat. Nabi Musa as tidak mampu lagi menahan rasa takutnya. Nabi Musa as merasa tubuhnya bergetar karena rasa takut. Nabi Musa as membalikkan tubuhnya karena takut dan ia mulai lari. Belum lama ia lari, belum sampai dua langkah, Allah SWT memanggilanya :
“Dan lemparkanlah tongkatmu”, maka tatkala (tongkat itu menjadi luar) dan Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit. Larilah ia berbalik kebelakang tanpa menoleh. “Hai Musa, janganlah kamu takut, sesungguhnya orang menjadi rasul, tidak takut di hadapanku” (Qs  27 :10)
“Hai Musa, datanglah kepadaKu dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman” (qs. 28 : 31)
Nabi Musa as kembali memutar badannya dan berdiri. Tongkat itu tampak bergerak dan ular itupun tetap bergerak. 
Allah SWT berkata kepada Musa :
“Peganglah ia dan janganlah takut, kami akan mengembalikan kepadanya keadaannya semula” (qs. 20 :21)
Nabi Musa as mengulurkan tangannya ke ular itu dalam keadaan menggigil. Nabi Musa as belum sempat menyentuhnya sehingga ular itu menjadi tongkat. Demikianlah perintah Allah SWT terjadi dengan cepat. Kemudian Allah SWT memerintahkan kepadanya :
“Masukanlah tangganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir;aun dan pembesar-pembesaranya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Qs : 28 : 32)
Nabi Musa as meletakkan tangannya di kantorngnya lalu ia mengeluarkannya dan tiba-tiba tangan itu bersinar bagaikan bulan. Kembali rasa kagum Nabi Musa as bertambah. Lalu ia meletakkan tangannya di dadanya sebagaimana diperintahkan Allah SWT padanya sehingga rasa takutnya benar-benar hilang.

Nabi Musa as merasa tenang dan terdiam. Kemudian Allah SWT memerintahkan kepadanya setelah beliau melihat kedua mukjizat itu, yaitu mukjizat tangan dan mukjizat tongkat untuk pergi menemui Firaun dan berdakwah kepadanya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, dan Allah SWT memerintahkan kepadanya untuk mengeluarkan Bani Israil dari mesir. Nabi Musa as manampakkan rasa takutnya kepada Fir’aun. Nabi Musa as berkata bahwa ia telah membunuh seseorang di antara mereka dan beliau khawatir mereka akan membunuh dan membalasnya. Nabi Musa as meminta kepada Allah SWT dan memohon kepada-Nya agar mengirim saudaranya Nabi Harun as bersamanya. Allah SWT menenangkan Nabi Musa as dengan mengatakan bahwa dia akan selalu bersama mereka berdua. Dia mendengar dan menyaksikan gerak-gerik dan perbuatan mereka. Meskipun Firaun terkenal dengan kejahatannya dan kekuatannya, namun kali ini Fir’aun tidak akan mampu menggangu atau menyakiti mereka. Allah SWT memberitahu Nabi Musa as, bahwa Dia-lah yang akan menang. Nabi Musa as berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar melapangkan hatinya dan memudahkan urusannya serta memberinya kekuatan dalam berdakwah di jalan-Nya.
Allah SWT telah memilih Nabi Musa as. Itu adalah salah satu puncah kemuliaan di mana tidak ada seorang pun di zaman itu yang mampu mencapainya selain nabi Musa as. Nabi Musa as kembali untuk menemui keluarganya setelah Allah SWT memilihnya sebagai rasul dan utusan untuk berdakwah ke Fir’aun. Akhirnya. Nabi Musa as beserta keluarganya berjalan menuju ke Mesir. Hanya Allah SWT yang mengetahui pikiran-pikiran apa yang terlintas di dalam diri Nabi Musa as saat beliau mengayunkan langkahnya menuju ke mesir.
Nabi Musa as mengetahui bahwa Fir’aun adalah orang yang jahat. Fir’aun akan berusaha memberhentikan langkah dakwahnya dan firaun akan menentangnya tetapi Allah SWT memerintahkannya untuk pergi ke firaun dan berdakwah kepadanya dengan kelembutan dan kasih sayang. Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa as bahwa Firaun tidak akan beriman tetapi Nabi Musa as tidak peduli dengan hal itu. Beliau diperintahkan untuk melepaskan bani israil yang sedang disiksa oleh Firaun.
cerita nabi musa as lengkap
Allah SWT berkata kepada Musa dan Harun :
“Maka datanglah kamu berdua kepadanya (firaun) dan katakanlah : “sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka” (Qs. 20 : 47)
Inilah tugas yang ditetukan, yaitu tugas yang akan berbenturan dengan ribuan tantangan. Fir’aun menyiksa bani israil dan menjadikan mereka budak-budak dan memaksa mereka untuk bekerja di luar kemampuan mereka. Firaun juga menodai kehormatan wanita-wanita mereka dan menyembelih anak laki-laki mereka. Nabi Musa as mengetahui bahwa rezim mesir berusaha untuk memeprbudak bani israil dan mengekspliotasi mereka di luar kemampuan mereka demi kepentinan penguasa. Tetapi nabi Musa as tetap memperlakukan dan menghadapi Firaun dengan penuh kelembutan dan kasih sayang sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT kepadanya :
“pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” (qs. 20 : 43 – 44)
Nabi Musa as bercerita kepada firaun tentang siapa sebenarnya Allah SWT, tentang Rahmat-Nya, tentang surga-Nya, dan tentang kewajiban mengesankan-Nya dan menyembah-Nya. Beliau berusaha membangkitkan aspek-aspek kemanusiaan firaun  melalui pembicaraan tersebut. FIraun mendengarkan apa yang dikatakan oleh Nabi Musa as dengan penuh kebosanan. Firaun membayangkan bahwa seseorang yang diharapannya adalah orang gila yang nekat untuk menentang dan menggoyang kedudukannya.
Kemudian firaun mengangkat tangannya dan berbicara
“apa yang engkau inginkan, hai Musa?
Nabi Musa as menjawab :
“Aku ingin agar engkau membebaskan bani israil”
Fir’aun bertanya :
“Mengapa aku harus membebaskan mereka bersamamu sementara mereka adalah budak-budakku?”
Musa menjawab :
“mereka adalah hamba-hamba Allah SWT, Tuhan pengatur alam semesta”
Dengan nada mengejek Fir;aun bertanya :
“BUkankah engkau mengatakan bahwa namamu Musa?”
Nabi Musa as menjawab :
“benar”
Firaun berkata :
“Bukankah engkau yang kami temukan di sungail Nil saat engkau masih kecil yang tidak mempunyai daya dan kekuatan? Bukankah engkau Musa yang aku didik di istana ini, lalu engkau memakan makanan kam dan meminum air kami, dan engkai menikmati kebaikan-kebaikan dari kami? Bukankah engkau yang membunuh seseorang lalu setelah itu engkau lari? Tidakkah engkau ingat semua itu? Bukankah mereka mengatkaan bahwa pembunuhan merupakan suatu kekufuran? Kalau begitu, engkau seorang kafir dan engkau seorang pembunuh. Jadi engkau adalah Musa yang lari dari hokum mesir. Engkau adalah seseorang yang lari dan menghindari keadilan. Lalu sekarang engkau datang kepadaku dan berusaha berbicara denganku. Engkau berbicara tetang apa hai Musa. Sungguh aku telah lupa”
“siapakah Tuhan semesta alam itu?” (Qs. 26 : 23)
Nabi Musa as menjawab :
“Tuhan pencipta lagi dan bumi dan apa-apa yang di antaranya keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya” (Qs 26 : 24)
Berkata firaun kepada orang-orang sekelilingnya :
“Apakah kamu tidak mendengarkan?” (Qs. 26 : 25)
Musa berkata dan tidak memperdulikan ejekan Firaun itu :
“Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu” Qs. 26 : 26)
Firaun berkata bahwa nabi  Musa as adalah tukang sihir dan jika sihir itu yang akan dibanggakan oleh nabi Musa as, maka iapun mempunyai tukang-tukang sihir pula.
Lalu firaun mengumpulkan tukang-tukang sihirnya, untuk bertanding melawan nabi Musa as di suatu area yang telah ditentukan waktu dan tempatnya.
Di antara mereka ada yang melemparkan tali, tongkat, maka berubahlah tongkat dan tali itu menjadi ular yang menjalar. Lalu nabi Musa as merasa takut, karena telah dikelilingi ular-ular yang berbisa.
Lalu Allah memerintahkan kepada Musa dengan firmanNya :
“Lemparkanlah tongkat yang ditangan kananmu, nanti berubah menjadi ular yang besar yang akan menelan segala perbuatan mereka itu, sesungguhna kerja mereka itu adalah tipu daya tukang sihir saja dan sekali-kali tidaklah akan menang tukan sihir itu, meskipun bagaimanapun juga”
Kemudian semua ahli sihir itu tunduk sujud kepada Nabi Musa as. Karena melihat tukang sihirnya telah beriman kepada nabi Musa demikian pula isterinya (siti asiah), maka firaun bertambah kemarahannya, sehingga isterinya disiksa hingga meninggal, demikian juga orang-orang yang beriman disiksa dengan sangat berat.
Akhirnya nabi Musa as bersama-sama orang yang beriman pergi keluar dari mesir, setelah mereka tidak berdaya lagi di negeri Mesir, maka dikejarlah mereka sampai ke laut merah, dan laut pun berubah menjadi jalan besar dan membelah menjadi dua untuk dilalui nabi Musa as dengan pengikut-pengikutnya.
Ketika firaun dengan bala tentaranya mengejar dari belakang dan ketika mereka sampai di pertengahan laut, maka air lauput pun bertaut kembali menjadi satu, kemudian mereka tenggelam semuanya, sebagaimana firman Allah :
“Maka firaun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka” (Qs. 20 : 78)
Setelah nabi Musa as, dan kaumnya bebas dari kejaran firaun, awalnya mereka mengembara. Pada saat mereka mengembara, dan tiba di suatu tempat mereka melihat para penyembah berhala. Dan kaum nabi Musa ingin melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Namun nabi Musa as mengingatkannya, mereka pun tersadar dan lalu bertaubat karena keinginan mereka untuk berbuat syirik.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mencari tempat tinggal yang sesuai untuk ditempati. Lembah, bukit dan padang pasir pun mereka lewati. Dan ketika mereka berada di tengah-tengah padang pasir yang tandus, mereka berkata : “WAhai, nabi Allah, mintalah kepada Allah Supaya menurunkan makanan dan minuman untuk kami”, kemudian nabi Musa as pun berdoa dan Allah SWT mengabulkan doa nabi Musa as. Langi pun melimpahkan makanan untuk mereka. Betapa pemurahnya Allah kepada para hamba-Nya, padahal mereka sebelumnya pernah berniat untuk menyekutukan-Nya.
Kemudian Nabi Musa as mengajarkan isi Taurat kepada umatnya. Nabi Musa as meninggal dunia di padang Tih pada usia yang ke 120 tahun.ceritaislami

kisah neil armstrong masuk islam

Kisah Neil Armstrong masuk islam adalah orang pertama yang mendarat di bulan. Neil pergi ke bulan menggunakan pesawat ruang angkasa USA bernama Apollo, bersama rekannya Buzz Aldrin. Pergi ke bulan merupakan hal yang amat menakjubkan bagi Neil. Saat-saat masa keberhasilannya itu, tak pernah ia lupakan.

Sampai akhrinya 30 Tahun berlalu,

Saat itu neil memutuskan untuk mengambil cuti kepada pihak NASA. Ia menghabiskan liburannya dengan berwisata ke Mesir. Ini kali pertama ia mengunjungi Kairo,atau pertama kalinya ia mengunjungi sebuah negeri Islam dalam rangka berwisata mencari hiburan dan mengembalikankesegaran setelah penat menghadapi rutinitas pekerjaan.

Beralih ke Mesir, akhirnya neil bersama wisatawan lain sampailah ke sebuah hotel yang terletak di tengah kota Kairo. Setelah beres mengurus registrasi, dengan tertatih dia pergi menuju kamarnya untuk beristirahat setelah letih menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Amerika menuju Kairo. Dan ketika dia berbaring di ranjang, tiba-tiba terdengarlah kumandang adzan...


Allahuakbar….. Allahuakbar…..


Ketika mendengar seruan itu, ia berpikir bahwa ini bukan pertama kali ia mendengar seruan seperti ini. Neil berpikir keras dimana dia pernah mendengarnya sebelumnya? Neil terus berusaha mengingat, tetapi dia tetap tidakmampu menemukan jawabannya.

Kemudian ia duduk, berdiri dan berjalan menuju kamar kecil, kemudian pergi mengambil makanan fast food sebelum turun untuk makan malam di lantai dasar.

Di ruang makan ketika dia sedang mengunyah sisa makanannya sambil ngobrol bersama dua orang temannya, kembali terdengar kumandang adzan dari salah satu menara mesjid yang banyak tersebar di Kairo, ia pun lantas terdiam, mencoba menyimak & menghayati lantunan kalimat-kalimat adzan yang didengarnya.

Kemudian dia berseru memanggil salah seorang pelayan yang ada disana & bertanya dengan bahasa inggris, “apakah kamu bisa berbahasa inggris?”

Si pelayan menjawab, “bisa sedikit tuan.”

Neil tersenyum & berkata, “seruan apa yg barusan tadi terdengar?”

Pelayan tadi menjawab, “maaf saya tidak mengerti maksud tuan.”

Neil berisyarat mengumandangkan adzan dengan terbata terbata, “Allahu akbar… Allahu akbar.”

Pelayan kemudian berkata, “itu panggilan untuk sholat, panggilan kepada seluruh kaum muslimin untuk pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat yg dilakukan lima kali sehari.”

Neil pun mengucapkan terima kasih atas penjelasannya. Kemudian dia melanjutkan makan malamnya dengan duduk diam tanpa berkata apapun. Tiba-tiba ia bangkit dan meninggalkan teman-temannya lalu naik menuju kamarnya sambil berpikir, “pasti aku mendengarnya di salah satu film yg pernah aku tonton”. Sejenak dia berhenti berpikir, “ataupun mungkin di tempat lain?”.

“Ah tidak, bukan di film, aku mendengarnya dgn telingaku sendiri menggema di udara, tetapi dimana?” Sampai dia beranjak tidur pernyataan ini masih berputar di kepalanya. Ketika fajar menyingsing, Neil terbangun oleh suara adzan yang kembali berkumandang membelah angkasa :


Allahu akbar………Allahu Akbar………


Dia pun segera bangkit, duduk di tepi ranjang seraya mengerahkan segenap perhatiannya untuk mendengarkan suara itu, bersamaan dengan berakhirnya kumandang adzan, Neil teringat kembali bayangan tiga puluh tahun silam yang masa itu merupakan masa gemilang dalam hidupnya. Ketika itu dia mengendarai pesawat luar angkasa milik USA , Apollo, yg merupakan pesawat pertama dalam sejarah yg mampu mendarat di bulan. Tiba-tiba ia sadar bahwa “Ya, disanalah aku mendengar seruan ini untuk pertama kalinya dalam hidupku.” ungkapnya.

Kemudian dia berseru dalam bahasa inggris tanpa sadar, “Wahai Tuhan yang Maha Suci, Ya Tuhan, benar aku ingat bahwa disanalah, dipermukaan bulan itu aku dengar seruan itu untuk pertama kalinya dalam hidupku, dan disini, di Kairo, aku mendengarnya di bumi.”

Kemudian dia membaca sesuatu dan berusaha untuk kembali tidur, tetapi dia tidak bisa, diambilnya sebuah buku dari dalam tasnya dan mulai membacanya untuk merintang waktu hingga pagi menjelang, dia membaca tetapi pikirannya melayang entah kemana dan dia sama sekali tidak mengerti isi buku yang dibacannya.

Dalam hati dia berharap untuk mendengar lagi seruan itu. Hingga pagi dia membaca seperti itu dengan harapan akan kembali mendengar suara adzan, tetapi seruan yang ditunggu tidak kunjung terdengar.

Akirnya dia bangkit dan pergi ke kamar kecil dan mencuci mukanya, dengan cepat ia turun ke ruang makan untuk sarapan. Setelah itu dia pergi bersama sekelompok wisatawan untuk berkeliling, sementara itu seluruh panca ineranya dia pasang untuk menantikan saat dimana dia akan kembali mendengar lantunan seruan yang menggugahnya itu. Dia ingin meyakinkan dirinya sebelum memberitahukan wisatawan yang lain akan hal penting ini.

Kemudian rombongannya memasuki sebuah Museum Fir’aun dan di saat itu ia kembali mendengar kumandang adzan yang mengalun merdu dengan irama yang indah dari sebuah pengeras suara di museum. Neil meninggalkan rombongannya dan berdiri disamping pengeras suara itu sambil memperhatikan dengan seksama, di pertengahan adzan dia berseru memanggil temannya, “ hei, kesini, dengarkan seruan ini”.

Teman-temannya datang menghampiri dengan heran. Ketika salah seorang kelihatan akan berbicara, Neil memberi isyarat kepadanya agar diam dan mendengarkan seruan itu. Barulah setelah adzan selesai, Neil bertanya kepada mereka, “apakah kalian mendengarnya?”

“ya”, jawab mereka.

“tahukah kalian dimana aku pernah mendengarnya sebelum ini? Aku mendengarnya di permukaan bulan pada tahun 1969.”

Berserulah teman dekatnya, “Mr. Armstrong, mari kita kesana untuk bicara sebentar.” Kemudian mereka berdua pergi ke salah satu sudut & mulai bercakap-cakap tentang perasaannya yang aneh.

Tak lama kemudian Neil meninggalkan rombongannya dan mencegat taxi untuk pulang ke hotel, diwajahnya terlihat kemarahan dan emosi yg berkecamuk. “Bagaimana mungkin dia berkata bahwa aku mengada-ada dan aku telah gila?” pikirnya.

Neil berdiri di kamarnya selama dua jam sambil berbaring di atas ranjang sambil menunggu-nunggu suara adzan kembali, dan saat itu terdengarlah adzan Ashar.


Allahu Akbar… Allahu Akbar…


Neil bangkit dari posisinya, berdiri lalu membuka jendela dan untuk kesekian kalinya memperhatikan seruan itu, kemudian dia berseru, “tidak,aku belum gila, aku tidak gila, aku bersumpah demi Tuhan bahwa inilah yang aku dengar di permukaan bulan.”

Neil turun ke ruang makan agak terlambat agar tidak bertemu dengan temannya.

Sampailah ketika hari liburnya berakhir, Neil beserta wisatawan lain akan pulang ke Amerika….

Neil sengaja menghindari semua teman-teman seperjalannya, hingga mereka kembali ke Amerika.

Di Amerika Neil berusaha mendalami agama Islam, disaat itu ia mulai tertarik dengan Islam. Akhirnya, beberapa bulan kemudian, ia mengumumkan keislamannya, dan mengungkapkannya dalam suatu wawancara bahwa ia menyatakan masuk islam karena dia telah mendengar kumandang adzan dengan telinganya sendiri di permukaan bulan.

Asyhadu an laa ilaaha illallaah…

Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullaah…

Tetapi tak lama kemudian datanglah sepucuk surat dari NASA, berisi keputusan tentang pemecatannya dari pekerjaannya. Pendeknya NASA berlepas diri dan tidak mau membantu astronot yang pertama mendarat di bulan itu, karena dia menyatakan diri masuk Islam, dan menyangkal tentang terdengarnya adzan di permukaan bulan.

Neil Armstrong berseru dalam sebuah majalah mempertanyakan pertanggung jawaban mereka perihal keputusan pemecatannya, “Memang aku kehilangan pekerjaanku, tetapi aku menemukan Allah”.

believe it or not. subhanallah.berita-mengenai-islam

kisah islam nya khalid bin walid

kisah islam nya khalid bin walid : Dahulu sebelum masuk Islam Nama Khalid bin Walid sangat termashur sebagai panglima Tentara Kaum Kafir Quraisy yang tak terkalahkan. Baju kebesarannya berkancingkan emas dan mahkota dikepalanya bertahtahkan berlian . Begitu gagah dan perkasanya Khalid baik di Medan perang maupun  ahli dalam menyusun strategi perang.  Pada waktu Perang UHUD melawan tentara Muslimin pimpinan Rosululloh SAW banyak  Suhada yang Syahid terbunuh ditangan Khalid bin Walid dengan dengan  Suara lantang diatas perbukitan  Khalid bin Walid berkata” Hai Muhammad kami sudah Menang, kamu telah kalah dalam peperangan ini….lihatlah pamanmu Hamzah yang tewas tercabik cabik tubuhnya dan lihatlah pasukanmu yang telah porak poranda”. Rosululloh saw menjawab “Tidak aku yang menang dan engkau yang kalah Khalid …Mereka yang gugur adalah Syahid , sebenarnya mereka tidak mati wahai Khalid mereka hidupdisisi Alloh SWT penuh dengan kemuliaan dan kenikmatan , mereka telah berhasil pindah alam dari dunia menuju akherat menuju surga Alloh karena membela Agama Alloh gugur sebagai syuhada akan tetapi Matinya tentaramu , matinya sebagai Kafir dan dimasukkan ke Neraka Jahannam. Setelah itu Khalid memerintahkan pasukannya untuk kembali, sejak itu Khalid termenung terngiang selalu akan kata kata  Nabi Muhammad saw dan penasaran akan sosok Muhammad saw . Maka Khalid mengutus mata-mata ( intel ) untuk memantau dan mengamati aktivitas Muhammad Saw setelah perang Uhud tersebut. Setelah cukup lama memata-matai Rosululloh akhirnya utusan Khalid bin Walid melaporkan hasil pengamatan tersebut , kata utusan tersebut” Aku mendengar semangat juang yang dikemukakan muhammad kepada para pasukannya Muhammad  mengatakan ” Aku heran kepada seorang panglima khalid bin Walid yang gagah perkasa dan cerdas , tapi kenapa dia tidak paham dengan AGAMA ALLOH  yang aku bawa , sekiranya Khalid bin Walid tahu dan paham dengan Agama yang aku bawa , dia akan berjuang bersamaku( Muhammad ) , 

Khalid akan aku jadikan juru rundingku yang duduk bersanding di sampingku. Kata kata mutiara tersebut disampaikan mata-mata Khalid bin walid di Mekkah kepada panglimanya.
Mendengar laporan Intel tersebut semakin membuat Risau Khalid bin Walid hingga akhirnya Khalid memutuskan untuk bertemu Muhammad dengan menyamar dan menggunakan Topeng menutup wajahnya hingga tidak di kenali oleh siapapapun. Khalid berangkat seorang diri dengan menunggang Kuda dan menggunakan baju kebesarnnya yang berhias emas serta mahkota bertahta berlian namun wajahnya ditutupi Topeng. Di tengah perjalanan Khalid bertemu dengan Bilal yang sedang bedakwah kepada para petani. Dengan Diam-diam Khalid mendengarkan dan menyimak apa yang di sampaikan oleh Bilal yang membacakan surat al hujarat ( Qs 49:13 ) yang artinya” Hai manusia kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling mengenal dengan baik. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Alloh adalah orang-orang yang paling bertaqwa karena sesungguhnya Alloh maha mengetahui lagi maha Mengenal”
Khalid terperanga bagaimana mungkin Bilal yang kuketahui sebagai Budak hitam dan buta hurup bisa berbicara seindah dan sehebat itu  tentu itu benar perkataan dan Firman Alloh. Namun gerak gerik mencurigakan Khalid bin walid di ketahui sayyidina Ali bin Abi Thalib , dengan lantang Ali berkata” Hai penunggang Kuda Bukalah topengmu agar aku bisa mengenalimu, bila niatmu baik aku akan layani dengan baiki  dan bila niatmu buruk aku akan layani pula dengan buruk” Kata Ali bin Abi thalib.
Setelah itu dibukalah Topeng tampaklah wajah  Khalid bin Walid seorang Panglima besar kaum Kafir Quraisy yang berjaya diperang UHUD  dengan tatapan mata yang penuh karismatik Khalid berkata” Aku kemari punya Niat baik untuk bertemu Muhammad dan menyatakan diriku masuk Islam” Kata Khalid bin Walid. Wajah Ali yang sempat tegang berubah menjadi berseri-seri” Tunggulah kau di sini Khalid saya akan sampaikan berita gembira ini kepada Rosululloh saw” Kata Ali bi Abi thalib. Bergegas Ali menemui Rosululloh saw dan menyampaikan maksud kedatangan Khalid bin Walid sang panglima perang . Mendengar berita yang disampaikan Ali , wajah rosululloh SAW berseri seri lalu mengambil sorban hijau miliknya lalu dibentangkan di tanah sebagai tanda penghormatan kepada Khalid bin walid  yang akan datang menemuinya. Lalu Rosululloh saw menyuruh Ali menjemput  Khalid untuk menemuinya. Begitu Khalid datang Rosululloh langsung memeluknya. ” Ya rosululloh islam saya ” Kata Khalid bin Walid. Lalu Rosululloh saw mengajarkan kalimat Syahadat kepada Khalid maka Khalid bin walid telah memeluk agama Islam.

Begitu selesai membaca syahadat Khalid bin walid menanggalkan Mahkotanya yang bertahtahkan intan diserahkan kepada rosululloh, begitu pula dengan bajunya yang berkancingkan emas di serahkan juga kepada rosululloh saw. Namun begitu Khalid bin walid akan mencopot pedangnya dan menyerahkannya kepada Rosululloh , Baginda rosululloh melarangnya ” Jangan kau lepaskan pedang itu Khalid , karena dengan pedang itu nanti kamu akan berjuang membela agama Alloh bersamaku ” Kata Rosululloh saw . dan Nabi memberi gelar pedang tersebut dengan nama “Syaifulloh yang artinya “pedang Alloh yang terhunus. Setelah bergabungnya Khalid bin walid kedalam Islam, bertambah kuatlah pasukan Muslim hingga bisa menaklukan kota Mekkah dan Pasukan Kafir Quraiys secara drastis melemah bagaikan ayam kehilangan induknya dongengkakrico

kisah nabi sulaiman menurut islam

Nabi Sulaiman AS dari negeri Ursyalim adalah putra nabi Daud AS yang memimpin negeri ini dengan sangat bijaksana. Negeri Ursyalim dikaruniai tanah yang subur dan diberikan curahan rizki yang berlimpah. Kerajaan Ursyalim merupakan kerajaan terkaya sepanjang masa. Tidak ada kerajaan manapun sebelum dan setelah kekuasaan nabi Sulaiman AS yang bisa menandingi kekayaannya. Negerinya begitu luas, bahkan di dalam istananya tebentang padang yang sebagian dihampari emas dan sebagian dihampari perak sebagai permadaninya. Dan jika tentaranya berbaris di padang itu, panjang barisannya tidak kurang dari 3 mil. Selain itu sebagai seorang nabi, nabi Sulaiman diberi mujizat yang luar biasa, dia menguasai bahasa binatang dan jin. Tidak heran jika kekuasaannya tidak hanya meliputi umat manusia tetapi juga menguasai kerajaan binatang dan kerajaan jin. Kendaraan nabi Sulaiman adalah angin, sehingga dia bisa sampai di suatu tempat hanya dengan hitungan detik.
Meski kerajaannya begitu luas, namun nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS dapat menjamin kemakmuran rakyatnya. Setiap hari beribu-ribu ternak dikurbankan dan dagingnya dibagikan kepada rakyat. Piring-piring sebesar kolam dan periuk-periuk yang tidak pernah meninggalkan tungkunya tersebar di wilayah kerajaan, sehingga rakyat tidak pernah kekurangan makanan. Selain itu kebijakan dan kearifan kedua nabi ini tidak perlu diragukan lagi.

Suatu hari nabi Sulaiman mendengar bahwa di sebuah negeri bernama negeri Shaba, ada seorang ratu yang kecantikannya tiada tara. Sayang rakyat di negeri itu masih menyembah matahari sebagai Tuhan mereka. Maka diutuslah seekor burung bulbul untuk menyampaikan surat kepada ratu Shaba. Isi surat itu adalah supaya negeri Shaba menyerahkan diri kepada negeri Ursyalim dan mengakui Alloh SWT sebagai Tuhan yang Esa.

Sementara itu ratu Shaba yang menerima surat tersebut, mengumpulkan majlisnya dan meminta pertimbangan. Ramailah suasana di dalam majlis itu. Sebagian menginginkan perang dan sebagian lagi mengusulkan untuk berdamai. Kebetulan saat menerima surat itu, negeri Syaba sedang mengalami musibah. Banyak warga Syaba yang terkena wabah yang mematikan, sehingga sebagian warga telah menjadi korban. Hal ini mebuat pertahanan negeri ini menjadi porak poranda. Dan berdasarkan pertimbangan itu pula ratu memutuskan untuk mengirimkan utusan yang akan mempersembahkan hadiah kepada raja Ursyalim sebagai tanda perdamaian. Namun ternyata raja Ursyalim menolaknya dan mengancam akan menyerang negeri syaba jika mereka tetap tidak mau bertobat.

Akhirnya ratu memutuskan untuk datang sendiri mengunjungi negeri Ursyalim untuk bertemu dengan nabi Sulaiman AS.

Perjalanan menuju Ursyalim membutuhkan waktu berhari-hari dan harus ditempuh dengan jalur darat dan laut. Namun lelahnya perjalanan itu terobati ketika melihat betapa indahnya negeri Ursyalim. Nabi Sulaimn AS sendiri yang menyambut rombongan ratu Syaba.
“Perkenankan aku memanggilmu Bilqis wahai ratu Shaba. Artinya adalah permaisuri yang cantik,” kata nabi Sulaiman yang membuat ratu Shaba itu tersipu.
Di depan gerbang istana ratu tercengang melihat kemegahan istana Ursyalim. Istana itu terletak seolah di tengah-tengah sebuah kolam yang sangat jernih.
Dan nabi pun berkata, “Wahai Bilqis masuklah engkau ke dalam istana!”
Maka ratu mengangkat sedikit roknya karena takut airnya akan membasahi roknya.
Melihat itu nabi menenangkannya dan berkata,”Jangan takut wahai Bilqis, sesungguhnya yang kaulihat ini bukan air melainkan kaca yang licin.”
Mereka lalu masuk ke dalam istana dan nabi Sulaiman mempersilahkan ratu Shaba atau ratu Bilqis untuk duduk di singgasana. Betapa terkejutnya ratu ketika menyadari bahwa singgasana yang akan didudukinya adalah tidak lain singgasananya sendiri yang seharusnya berada di negerinya.
“Apakah singgasana ini mirip dengan singgasanamu? Tanya nabi.
“Yah, memang mirip. Hanya saja ada beberapa permata yang hilang dari tempatnya,” jawab ratu sambil meneliti singgasana tersebut.

“Itu memang singgasanamu!” kata nabi.
“Bagaimanakah caranya singgasanaku bisa sampai kemari sementara aku menguncinya di negeriku?” tanya ratu.
“Tentu atas ijin Alloh, seseorang bisa membawanya kemari bahkan sebelum aku sempat berkedip,” kata nabi.
Ratu terkagum-kagum mendengar penjelasan nabi. Kini dia semakin yakin bahwa nabi Sulaiman bukan raja sembarangan.
Mereka lalu menuju taman istana dimana berbagai macam buah tumbuh subur dan di dalamnya mengalir sungai-sungai yang mengalirkan air dengan bermacam rasa. Sungguh anugrah Alloh yang luar biasa. Melihat semua peristiwa ini, ratu Bilqis menyatakan keimanannya kepada Alloh SWT dan mengakui nabi Sulaiman sebagai rosul utusan Alloh.
Ternyata pertemuan dua insan ini menimbulkan rasa cinta yang mendalam, sehingga nabi Sulaiman AS meminang ratu Syaba dan mereka pun menikah.

Cinta sejati mereka hanya terpisahkan ketika pada suatu hari di masa tuanya, nabi sedang mengawasi para jin bekerja lalu tiba-tiba jatuh tesungkur karena tongkat yang dipegangnya dimakan rayap. Rupanya nabi telah tiada sejak lama. Dan kalau bukan karena rayap yang menggerogoti tongkatnya hingga patah, tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa nabulloh itu telah pergi. Subhanalloh semoga kita selalu menjadi hamba Alloh yang bersyukur. Amin.dongengkakrico

kisah cerita islami nabi isa dan ibu maryam

kisah cerita islami nabi isa dan ibu maryam Kisah Nabi Isa AS ; Bayi Ajaib yang Lahir dari Rahim Wanita Pilihan
Dalam kondisi masih bayi, Isa telah mampu membela kehormatan sang Ibu, Maryam. “Aku adalah hamba Allah, Dia memberiku Al-kitab dan menjadikan diriku seorang Nabi,” jawab Isa membela ibunya. Padahal saat itu, ia masih bayi dan masih dalam gendongan sang ibu.
Nabi Isa AS lahir ke dunia dari rahim Maryam, seorang wanita suci yang dipelihara Tuhan sejak lahir, dewasa hingga wafat. Sedangkan Maryam adalah anak tunggal pasangan Imran dan Hannah yang lahir yatim karena Imran meninggal ketika Hannah hamil beberapa bulan. Sesuai nazarnya kepada Tuhan, Hannah menyerahkan Maryam kepada Nabi Zakaria untuk mengurus rumah Tuhan atau Baitul Aqsa (QS Ali Imran: 35-36).
Sejak saat itu Maryan diasuh oleh Nabi Zakaria, yang masih ada hubungan famili, menghuni mihrab masjid tersebut dan melakukan kewajiban sebagau perawat masjid. Sebuah pekerjaan yang selama itu hanya dilakukan oleh anak lelaki. Selama itu kebutuhan hidup Maryam dipenuhi oleh Zakaria, yang sudah tua renta. Pada suatu hari Zakaria heran melihat buah-buahan di mihrab Maryam, padahal pada saat itu belum musim buah-buahan.
“Wahai Maryam, darimana kamu memperoleh buah-buahan ini?” tanya Zakaria dengan nada keheranan.
“Dari Allah,” jawab Maryam. “Sesungguhnya dia memberikan rezeki kepada orang yang dikehendaki-Nya dengan tiada terkira.”
Hal ini menyadarkan Zakaria bahwa kemenakannya itu bukan perempuan sembarangan. Ia wanita suci pilihan Allah. Sejak Imran dan Hannah di persatukan dalam pernikahan, pasangan ini telah dipilih Tuhan untuk melahirkan keturunan orang mulia. Anak yang didambakan itu pun lahir setelah pasangan tersebut beranjak tua, itupun setelah mereka mengajukan permohonan yang tiada henti kepada Allah, siang malam Hannah bersujud kepada Tuhan dengan khusyuk agar di karuniai anak laki-laki disertai nazar bahwa anaknya kelak akan diserahkan untuk menjaga rumah suci Baitulmaqdis (Aqsa).
Doa itu akhirnya dikabulkan Allah, tetapi ketika usia kehamilan Hannah telah beberapa bulan, Imran meninggal dunia, dalam usia yang sangat tua, Hannah melahirkan seorang anak perempuan, diberi nama Maryam, yang bermakna “Pengabdi Tuhan.” Sesuai dengan Nazar, anak itu diserahkan kepada Baitulmaqdis sebelum akhirnya diasuh oleh Nabi Zakaria. Kehadiran si kecil Maryam seakan-akan mengobati kerinduan Nabi Zakaria terhadap anak, setelah anaknya, Nabi Yahya, dewasa dan tinggal terpisah.
Malaikat Jibril
Pada suatu hari ketika Maryam sudah dewasa, ia ketakutan. Ketika sedang tekun bertasbih di dalam mihrab, seorang lelaki tiba-tiba sudah berdiri di depannya. Masalahnya, seumur-umur ia belum pernah berkenalan dengan lelaki, kecuali dengan Nabi Zakaria. Padahal ketika itu Nabi Zakaria sudah tiada. Lelaki tersebut ternyata Malaikat Jibril. (QS 16: 17).
“Hai Maryam, sesungguhnya Allah akan memberimu seorang anak lelaki, namanya Isa Almasih,” kata Jibril. “Dia seorang putra yang suci.” (QS 16: 19).
“Bagaimana bisa saya punya anak,” bertanya Maryam kepada Jibril. “Tiada lelaki yang menyentuh diriku dan aku bukan pelacur.” (QS 16: 20).
“Tuhanmu telah berfirman,” kata Jibril. “Itu gampang saja bagi-Ku, kami hendak menjadikannya sebagai tanda bagi manusia dan suatu rahmat dari kami, dan itu adalah keputusan yang sudah ditetapkan.” (QS 16: 21).
Seiring gaibnya Jibril, Maryam menjadi menggigil ketakutan, ia tidak dapat membayangkan reaksi orang-orang di sekitarnya kelak jika mengetahui ia hamil tanpa suami. Atas kehendak Allah, beberapa lama kemudian Maryam hamil. Untuk menghindari gunjingan dari pengunjung rumah suci, ia pun meninggalkan Baitulmaqdis di Jerussalem, dan menyingkir ke tempat yang jauh di timur (QS 16: 22). Ada yang menafsirkan Maryam pergi ke desanya, Annashirah.
Tidak mudah bagi Maryam untuk menjelaskan kehamilannya kepada orang lain, karena mereka pasti berpraduga bahwa dirinya telah melakukan perbuatan zina. Semua derita itu ditanggung sendiri. Seperti ibunya dulu. Maryam kemudian lebih banyak bermunajat ke hadirat Allah SWT, mohon perlindungan, kesabaran, dan agar diberi kekuatan lahir batin.
Ketika saat melahirkan hampir tiba, Maryam meninggalkan desanya dan berjalan sepembawa langkah. Senja yang menjamah bumi tidak membuatnya kecut, bahkan manambah panjang langkahnya hingga malam menjelang. Begitu dirasa perutnya mulas, ia bersandar pada sebatang pohon kurma, dengan nada kesakitan, ia meratap. “Sekiranya aku mati sebelum ini, sekiranya aku dilupakan dan tidak diperhatikan.” (QS 16: 23).
“Jangan bersedih hati, Tuhanmu telah menjadikan seorang yang mulia di bawahmu,” kata sebuah suara yang berasal dari arah bawah (QS 16: 24). Dengan kehendak Allah, bayi Isa pun lahir dengan selamat. Di bawah temaramnya sinar bintang, Maryam kemudian memeluk bayinya dengan perasaan gembira. Tempat kelahiran Isa itu dalam bahasa setempat adalah Betlehem.
Lelah setelah berjalan jauh dan sakit akibat melahirkan membuat Maryam semakin menderita. Apalagi malam semakin larut dan sepi dari komunitas manusia. “Bagaimana bisa mendapatkan makanan,” pikirnya. Tiba-tiba suara halus berbisik di telinganya, ”Jangan takut, sesungguhnya tuhanmu telah menjadikan sebuah anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah batang kurma itu ke arahmu, akan gugur buah kurma segar dan matang. Makan dan minumlah dan senangkanlah hatimu.” (QS 16: 25-26)
Selanjutnya Tuhan berfirman. “Jika kamu lihat manusia, katakanlah bahwa kamu bernazar akan berpuasa kepada Allah, karena itu, hari ini kamu tidak akan berbicara kepada siapapun.” (QS 16: 26).
Bayi Ajaib
Selanjutnya dengan air dan buah-buahan pemberian dari Tuhan itu, Maryam memperoleh kembali kesehatan dan kekuatan jasmani dan rohaninya. Ia bahkan merasakan badannya sama seperti ketika masih perawan. Dengan kondisi badan yang kembali fit, ia juga merasakan batinnya siap. Sehingga ia memutuskan kembali pulang ke desanya. Itu berarti ia juga siap menerima cibiran masyarakat karena selama itu ia memang telah dikucilkan.
Benar juga, ketika Maryam sudah sampai kembali kerumahnya orang-orang berduyun-duyung mendatanginya, seolah-olah mendapat tontonan gratis. Tontonan itu berupa Maryam dan bayinya, Almasih, nama yang diberikan Tuhan. Diantara mereka ada yang kasihan, ada yang marah, dan ada yang heran.
‘Wahai Maryam, kamu ini sungguh telah melakukan perbuatan yang keji, punya anak tanpa suami, padahal keluargamu terhormat dan saleh. Darimana kamu mendapat sifat buruk ini? Kata mereka dengan nada berang (QS 16: 27-28). Mereka lupa bahwa Adam dihadirkan ke dunia justru sudah jadi orang, karena kelahirannya adalah di surga, dan tanpa proses adanya figur bapak-ibu, melainkan dari segumpal tanah yang ditiup dengan roh.
Tentu saja Maryam tidak bisa menjawab dengan itu, karena IQ mereka rendah sehingga tidak gampang bisa menerima penjelasannya. Makanya ia lebih banyak diam sambil menunjuk kepada bayinya. Maksudnya agar mereka menanyakan langsung kepada Isa tentang hal-hal yang ingin di ketahui sehubungan dengan kelahirannya kedunia. Tak urung hal itu dianggap sebagai ejekan. “itu sungguh-sungguh gila,” kata mereka. “Bagaimana mungkin bayi bisa bicara?” (QS 16: 29).
Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Begitu mendengar hujatan yang bertubi-tubi di arahkan kepada ibunya, bayi Isa yang ada dalam gendongan ibunya itu bergerak pelan menampakkan dirinya kepada orang-orang itu. Mereka terkejut karena bayi itu sangat elok dan memancarkan cahaya yang memikat.
“Aku memang hamba Allah,” kata bayi Isa. “Ia memberiku Alkitab, dan menjadikan diriku sebagai seorang Nabi.” (QS 16: 30). “Ia menjadikan diriku diberkati dimanapun aku berada. Ia memerintahkan aku salat dan berzakat selama aku hidup.” (QS 16: 31) “Ia jadikan aku berbakti kepada bundaku dan tiada ia jadikan aku sombong atau durhaka.” (QS 16: 32). “Selamatlah aku pada saat aku dilahirkan, pada hari aku akan mati, dan pada hari aku dibangkitkan menjadi hidup (kembali).” (QS 16: 33).
Bukan main terkejutnya para kaum kerabat dan semua yang menyaksikan bayi itu. Bayi itu telah menjelaskan sendiri jati dirinya dengan gamblang. Ia bukan bayi sembarangan. Dengan demikian ibunya pasti wanita pilihan tuhan.
Kabar tentang bayi Maryam yang dapat bicara segera menyebar kemana-mana dengan cepatnya. Prasangka buruk kepada Maryam kemdian berubah menjadi hormat. Ada yang langsung percaya bahwa bayi Nabi itulah yang mereka tunggu, meski ada yang tetap menolak kenabian Isa karena menganggap anak haram, dan sebagainya.facebook

Sunday, November 29, 2015

kisah keajaiban doa islam

KISAH NYATA : KEAJAIBAN DOA YANG SANGAT SEDERHANA ..
  Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ..kisah keajaiban doa islam Cerita  menggelikan ini kudengar ketika duduk dibangku SMA dulu. Cerita yang akhirnya tertulis begitu dalam di relung-relung hati. Cerita yang meskipun naif, namun bermakna sangat dalam.
Kisah nyata dari seseorang yang dalam episode hidupnya sempat ia lewati dalam penjara. Bermula dari hal yang sepele. Lelaki itu kehabisan odol dipenjara.
Malam itu adalah malam terakhir bagi odol diatas sikat giginya. Tidak ada sedikitpun odol yang tersisa untuk esok hari. Dan ini jelas-jelas sangat menyebalkan. Istri yang telat berkunjung, anak-anak yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, muncul menjadi kambing hitam yang sangat menjengkelkan.
Sekonyong-konyong lelaki itu merasa sendirian, bahkan lebih dari itu : tidak berharga ! Tertutup bayangan hitam yang kian membesar dan menelan dirinya itu, tiba-tiba saja pikiran nakal dan iseng muncul. Bagaimana jika ia meminta odol pada TUHAN ?
Berdoa untuk sebuah kesembuhan sudah berkali-kali kita dengar mendapatkan jawaban dari-NYA .
Meminta dibukakan jalan keluar dari setumpuk permasalahanpun bukan suatu yang asing bagi kita. Begitu pula dengan doa-doa kepada orang tua yang telah berpulang, terdengar sangat gagah untuk diucapkan.
Tetapi meminta odol kepada Sang Pencipta jutaan bintang gemintang dan ribuan galaksi, tentunya harus dipikirkan berulang-ulang kali sebelum diutarakan. Sesuatu yang sepele dan mungkin tidak pada tempatnya. Tetapi apa daya, tidak punya odol untuk esok hari –entah sampai berapa hari- menjengkelkan hatinya amat sangat.
Amat tidak penting bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi dirinya.
Maka dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu, lelaki itu memutuskan untuk mengucapkan doa yang ia sendiri anggap gila itu.
Ia berdiri ragu-ragu dipojok ruangan sel penjara, dalam temaram cahaya, sehingga tidak akan ada orang yang mengamati apa yang ia lakukan. Kemudian dengan cepat, bibirnya berbisik : “YA ALLAH YA TUHANKU, Kau mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu”. Doa selesai.
Wajah lelaki itu tampak memerah. Terlalu malu bibirnya mengucapkan kata amin. Dan peristiwa itu berlalu demikian cepat, hingga lebih mirip dengan seseorang yang berludah ditempat tersembunyi.
Tetapi walaupun demikian ia tidak dapat begitu saja melupakan insiden tersebut. Sore hari diucapkan, permintaan itu menggelisahkannya hingga malam menjelang tidur. Akhirnya, lelaki itu –walau dengan bersusah payah- mampu melupakan doa sekaligus odolnya itu.
Tepat tengah malam, ia terjaga oleh sebuah keributan besar dikamar selnya.
“Saya tidak bersalah Pak !!!”, teriak seorang lelaki gemuk dengan buntalan tas besar dipundak, dipaksa petugas masuk kekamarnya,” Demi TUHAN Pak !!! Saya tidak salah !!! Tolong Pak … Saya jangan dimasukin kesini Paaaaaaaaak ..!!!”
Sejenak ruangan penjara itu gaduh oleh teriakan ketakutan dari ‘tamu baru’ itu.
“Diam !!”, bentak sang petugas,”Semua orang yang masuk keruangan penjara selalu meneriakkan hal yang sama !! Jangan harap kami bisa tertipu !!!!”
“Tapi Pak …Sssa ..”
Brrrraaaaang !!!!
Pintu kamar itu pun dikunci dengan kasar. Petugas itu meninggalkan lelaki gemuk dan buntalan besarnya itu yang masih menangis ketakutan.
Karena iba, lelaki penghuni penjara itupun menghampiri teman barunya. Menghibur sebisanya dan menenangkan hati lelaki gemuk itu. Akhirnya tangisan mereda, dan karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun kembali tertidur pulas.
Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena kaget. Kali ini karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia terbangun dan menemukan dirinyanya berada sendirian dalam sel penjara. Lho mana Si Gemuk, pikirnya. Apa tadi malam aku bemimpi ? Ah masa iya, mimpi itu begitu nyata ?? Aku yakin ia disini tadi malam.
“Dia bilang itu buat kamu !!”, kata petugas sambil menunjuk ke buntalan tas dipojok ruangan. Lelaki itu segera menoleh dan segera menemukan benda yang dimaksudkan oleh petugas. Serta merta ia tahu bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.
“Sekarang dia dimana Pak ?”, tanyanya heran.
“Ooh..dia sudah kami bebaskan, dini hari tadi…biasa salah tangkap !”, jawab petugas itu enteng, ”saking senangnya orang itu bilang tas dan segala isinya itu buat kamu”.
Petugas pun ngeloyor pergi.
Lelaki itu masih ternganga beberapa saat, lalu segera berlari kepojok ruangan sekedar ingin memeriksa tas yang ditinggalkan Si Gemuk untuknya.
Tiba-tiba saja lututnya terasa lemas. Tak sanggup ia berdiri. “Ya .. ALLAH, Ya .. YA TUHAAANNNKU !!!!”, laki-laki itu mengerang. Ia tersungkur dipojok ruangan, dengan tangan gemetar dan wajah basah oleh air mata. Lelaki itu bersujud disana, dalam kegelapan sambil menangis tersedu-sedu.
Disampingnya tergeletak tas yang tampak terbuka dan beberapa isinya berhamburan keluar. Dan tampaklah lima kotak odol, sebuah sikat gigi baru, dua buah sabun mandi, tiga botol sampo, dan beberapa helai pakaian sehari-hari.
~~~
Sahabat Kisah tersebut sungguh-sunguh kisah nyata. Sungguh-sungguh pernah terjadi. Dan aku mendengarnya langsung dari orang yang mengalami hal itu.
Semoga semua ini dapat menjadi tambahan bekal ketika kita meneruskan berjalan menempuh kehidupan kita masing-masing. Jadi suatu ketika, saat kita merasa jalan dihadapan kita seolah terputus. Sementara harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus asa.
Pada saat seperti itu ada baiknya kita mengingat sungguh-sungguh bahkan Odol pun akan dikirimkan dari Surga bagi siapapun yang membutuhkannya. Apalagi jika kita meminta sesuatu yang mulia. Sesuatu yang memuliakan harkat manusia dan DIA yang menciptakan kita.
Seperti kata seorang bijak dalam sebuah buku :
.... “Seandainya saja engkau mengetahui betapa dirimu dicintai-NYA, hati mu akan berpesta pora setiap saat” ....
Wallahu a'lam bishshawab, ..
Mari Kita tingkatkan DZIKIR kita …
… demi hidup yang lebih produktif dan bahagia.
# BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI #
-----------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ..Cahayakataislami

kisah islam tentang kematian

kisah islam tentang kematian Cerita Menarik dari Syaikh Wahid Abdussalam Bali, Pakar Ruqyah Mesir
Ini adalah kisah nyata di Mesir yang diceritakan oleh Syaikh Wahid Abdussalam Bali dalam sebuah ceramahnya:
Seorang pemuda memanggil taksi untuk mengantarkan ibunya yg sedang sakit ke rumah sakit. Setelah mereka berdua masuk, sopir taksi membawa mereka ke rumah sakit. Namun, dalam perjalanan, si anak tiba-tiba meminta agar taksi berhenti agar ia bisa segera keluar mendapatkan obat untuk ibunya yg semakin sekarat.
Saat ia pergi, keadaan ibunya semakin memburuk, dan Subhanallah sopir taksi itu melihat tanda-tanda kmatian pada perempuan itu. Dia segera beralih ke sisinya dan membimbingnya utk bersyahadat (kesaksian iman), sesuai dengan hadits yg dia ketahui :
“Barangsiapa yang akhir ucapannya laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah), ia akan masuk surga.” [Abu Dawud]. Sang ibu memandang si sopir dan seolah percaya akan hal itu. Akhirnya dia mengucapkan ‘kata-kata iman, laa ilaaha illallaah’ sebelum nafas terakhirnya.
Ketika anak itu kembali, si sopir memberitahukan kabar duka tersebut. Anak laki-laki itu langsung pergi berlari ke sebuah tanah lapang sambil terus menangis, ia hampir saja berteriak histeris.
Namun sopir taksi itu pun mendatangi dan menghiburnya lalu berkata, “Jangan khawatir, aku telah membantunya mengucapkan syahadat dan alhamdulillah dia mengucapkannya dengan
suara yang sangat jelas.”
Anak itu kemudian berteriak keras, “Apaa!!! Mengapa Anda melakukan itu kepada ibuku???!!! Tidak tahukah Anda kalau kami adalah penganut Kristen ??!!! “
Subhanallah, keajaiban takdir dari Allah. Anda tidak akan tahu di manakah kematianmu dan kata-kata/perbuatan nterakhir yang Anda kerjakan. (Wanita yang meninggal) itu adalah seorang ibu Kristen Koptik yang sedang menghadapi pergolakan kematian dan Allah menyelamatkannya tepat pada waktunya.

Dari Ustadz Najmi Umar Bakkar.:
Ini adalah kisah sakaratul maut yang begitu berkesan dari seorang pemuda yang begitu berbakti pada orang tuanya.Yang begitu mengagumkan kita, ketika ia ingin dipanggil oleh bidadari surga menjelang kematiannya, ia pun masih meminta izin pada ibunya. Bagaimana baktinya yang luar biasa ?
Sebuah kisah yang menggugah hati setiap insan beriman, tentang balasan nan indah bagi seorang anak yang berbakti kepada ibunya. Membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Bergetarlah hati setiap orang beriman yang menyaksikannya.
Dalam salah satu khutbahnya,
Syaikh Muhammad Hassan menceritakan tentang keajaiban yang dialami seorang pemuda saat detik-detik sakaratul maut menjemputnya. Tidak asing lagi bagi siapa pun yang mengenalnya bahwa ia adalah potret pemuda masa kini yang amat cinta dan berbakti kepada ibundanya.
“Di antara keajaiban yang sampai kepadaku pada Ramadhan kali ini adalah kisah tentang seorang anak muda di antara anak-anak muda kita. Sesosok pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya terbaring di atas kasur kematian pada usia keemasannya, yang belum genap tiga puluh tahun. Dalam kegentingan akhir hayatnya itu, tatkala detik-detik sakaratul maut menjemputnya, orang-orang yang ada di sekelilingnya terheran-heran saat mendengar ia mengucapkan kalimat-kalimat yang sangat menakjubkan. Sungguh, sangat menakjubkan !
“Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku”
Masih saja pemuda tersebut mengulang-ulang kalimat yang sama. Hingga membuat mereka yang menyaksikan fenomena itu bergegas memanggil ibunya, yang sedari awal menyendiri dalam kamarnya, menangis, lantaran tak kuasa melihat sang buah hati menghadapi sakaratul maut. Tidak lain karena sang buah hati adalah sosok suri tauladan yang amat berbakti kepada ibunya. Mereka pun mengabarkan apa yang sedang terjadi dengan anaknya.
“Lihatlah anakmu, ia terus-menerus mengucapkan kalimat-kalimat yang aneh !!“
Mendengar hal itu, sontak sang ibu yang cemas berlari menuju kamar anaknya. Didapatinya dahi sang anak mulai mengeluarkan buliran-buliran keringat bak mutiara. Dan ini adalah sebagian di antara tanda-tanda husnul khotimah – semoga Allah Ta’ala mewafatkan kita dalam keadaan
beriman -. Ia dengarkan sendiri kalimat yang terus diulang-ulang oleh buah hatinya.
“Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku”
Segera ia dekati buah hatinya. Dan Subhanallah, ia segera bertanya kepada anak kesayangannya :
“Wahai fulan, ini aku, ibumu. Wahai fulan, aku ibumu, Nak.
Aku ibumu, anakku. Dengan siapa kau bicara ?”
Ketika ajal yang kian dekat, di saat waktu yang demikian singkat itu, akhirnya sang pemuda shalih ini menceritakan peristiwa paling berkesan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya selama hidupnya. Ia pun menoleh kepada ibunya seraya berkata :
“Wahai ibuku, seorang gadis sangat cantik jelita, Ibu. Belum pernah aku melihat gadis secantik itu. Ia datang kemari. Sungguh aku melihatnya persis di hadapanku. Ia datang melamarku untuk dirinya, Ibu. Aku bilang kepadanya, tidak. Aku tidak bisa sampai aku minta izin dulu kepada ibuku”
Maka sang ibu pun langsung menimpali : “Aku izinkan, anakku. Sungguh, dia adalah hurriyatun (bidadari) dari surga untukmu. Aku sudah izinkan, Nak“
Sedemikian tinggi inikah derajatmu wahai pemuda ? Hingga istrimu (di surga) datang kepadamu membawa kabar gembira, sementara dirimu masih ada di dunia ?
Janganlah kalian kaget. Tidak perlu kalian semua heran, karena dalam kondisi seperti ini, seorang mukmin akan diperlihatkan tempat tinggalnya di surga dan di neraka. Ia akan melihat tempatnya di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Bahkan ia akan melihat para malaikat-Nya. Ia benar-benar melihat malaikat dengan mata kepalanya. Ia pun akan mendengar sebuah bisyarah (kabar gembira).
Dan Maha Benar Allah Ta’ala yang berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka beristiqomah dengannya, maka para Malaikat akan turun kepadanya seraya berkata : “Janganlah kalian takut”
Di mana kejadian itu ? Di atas kasur ketika mereka akan meninggal, menurut salah satu pendapat. Atau tatkala mereka keluar dari alam kubur, sebagaimana pendapat yang lain dari para ulama tafsir.
“Janganlah kalian takut dan jangan pula bersedih. Berbahagialah kalian dengan surga yang telah dijanjikan untuk kalian” [Qs.Fushilat : 30]

Semoga Allah memberikan kita semua akhir yang baik. Amiin…
Disalin dari status Abu Musyari El-Hafidzi via Moslem Channel
Dipublikasikan kembali oleh www.KisahIslam.net