Kisah islam akhir zaman Nabi memprediksi suatu masa dimana Al qur’an akan mudah didapat,
dibaca secara luas, tapi tidak diikuti. Diriwayatkan dari Muadz bahwa
Nabi Saw bersabda :
Akan muncul huru hara dimana kemudian sejumlah uang dikumpulkan dan
Al qur’an pun dibuka dan ia dibaca baik oleh orang-orang beriman maupun
oleh orang-orang kafir, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda.
Seseorang akan membacanya dan berseru,” Tidak ada yang mau !” Lalu ia
duduk di dalam rumahnya dan membuat ruang tersendiri seperti masjid di
dalam rumahnya Lalu ia akan mengada-ngadakan hal baru dalam agama yang
tidak ditemukan dalam Kitabullah atau sunah rasulullah. Waspadalah
terhadap bid’ah yang mereka buat, karena sesungguhnya hal tersebut akan
menyesatkan kalian .” (HR Muslim, Abu Dawud, Ad-darimi)
Kisah islam akhir zaman Dalam hadis ini dan hadis –hadis lainnya. Nabi Saw mengawali sabdanya
dengan ungkapan “ akan muncul huru-hara di mana kemudian sejumlah besar
uang dkumpulkan..” Kini sebenarnya kita sering menyaksikan ketidak
jelasan semacam itu. Di tiap-tiap mesjid kita menemukan orang-orang
merogoh sakunya untuk pengumpulan dana, dimana jutaan uang terkumpul
katanya untuk tujuan kegamaan, namun hanya Allah yang tahu kemana dan
bagaimana uang tersebut di salurkan.
Selanjutnya hadis tersebut menyebutkan,” dan Al qur’an akan dibuka.”
Nabi Saw memberi tahu kita bahwa pada akhir zaman Al qur’an akan dibuka.
Perhatikan dengan cermat kata “al Qur’an akan di dibuka (yuftah) dan
bukan “ Al qur’an akan dipelajari (yudras). Terbuka- berarti di buat
mudah dibaca atau tersedia di mana-mana.
Kemudian sekarang ini kita menyaksikan anak-anak muslim sudah hafal
seluruh ayat Al Qur’an dalam usia yang masih belia. Namun mereka tidak
mempelajari maknanya. Dan orang tua tidak banyak yang menganjurkan
anak-anaknya untuk mempelajari hukum Allah (syariat). Mereka hanya
menyekolahkan anak mereka untuk menghafal Al Qur’an di luar kepala dari
awal sampai akhir.
Hadis itu kemudian menyebutkan,” Al Qur’an akan dibaca, baik oleh
orang-orang yang beriman maupun kafir. Disini, Nabi Saw telah
meramalkan bahwa Al Qur’an akan dibaca baik oleh muslim maupun non
muslim, Fenomena tersebut sedang terjadi hari ini dalam skala yang luas.
Terjemahan al Qur’an sudah tersedia di semua toko buku dan
perpustakaan, hampir dalam semua bahasa. Bukan saja para penulis muslim
yang mengkaji dan mengomentarai AL Qur’an, tetapi juga orang-orang non
muslim yang mengkaji dan mengomentari Al Qur’an tanpa kedalaman
pengetahuan atau pemahaman terhadap isi, konteks atau makna yang
terkandung dalam ayat-ayatnya.
Namun, Nabi Muhammad Saw mengatakan lebih jauh lagi, Seseorang akan
membaca Al qur’an tetapi tidak mendapati orang yang menjadi
pengikutnya,” Itu terjadi karena ia membacanya tanpa pengetahuan dan
pemahaman agama. Para pemimpin dewasa ini mengatakan bahwa seseorang
tidak perlu mempelajari Al Qur’an dari seorang ulama. Mereka
mengatakan,” Bacalah sendiri Al Qur’an dan Hadist .” Kebanyakan orang
Islam tidak mengikuti arahan sesat itu kemudian menemukan diri mereka
terasing, dia kemudian akan membuat ruangan di dalam rumahnya seperti
kantor untuk kepentingan keagamaan dan duduk di atas sajadahnya di depan
komputer. Orang pada zaman modern telah menciptakan ruang obrolan Islam
dan ‘masjid’ di internet.
Dengan mudahnya sekarang setiap muslim bahkan kafir, membuka-buka Al
Qur’annya tanpa mempelajarinya secara keseluruhan, memungut satu ayat
dan menjadikannya landasan untuk memberikan keputusan tentang sebuah
kasus. Alih-alih membuka Al Qur’an untuk mencari petunjuk tentang
sebuah persoalan, mereka justru memulainya dengan pendapat mereka
sendiri dan kemudian mencari-cari ayat dalam Al Qur’an yang mereka dapat
gunakan untuk mendukung pendapat mereka, entah pendapat itu benar atau
salah.
Tanpa mengetahui apa yang mungkin dikatakan oleh ayat-ayat lain
tentang persoalan tersebut, atau tanpa mengetahui makna sebenarnya dari
ayat itu , peristiwa dan kondisi dari turunnya suatu ayat, upaya itu
akan menyesatkan dan melahirkan kesalahan (bid’ah) dalam agama. Nabi saw
, menggambarkan situasi tersebut 1400 tahun yang lampau dan
memperingatkan dengan tegas,” waspadalah terhadap bid’ah yang mereka
buat , karena sesungguhnya hal tersebut akan menyesatkan kalian!’
Kini , setiap orang bisa belajar sendiri secara otodidak , menegaskan
pendapatnya sendiri dan menolak pendapat orang lain seperti yang
diprediksi oleh Nabi Saw bahwa orang cinta kepada pendapatnya sendiri.
Orang tidak lagi menerima nasehat dan sangat fanatik dengan keyakinan
masing-masing dan tidak peduli dengan masukan orang lain . Hubungan
guru-murid hampir-hampir hilang. , padahal hubungan guru-murid dalam
Islam ini sangat penting bagi pendidikan Islam. Hubungan guru-murid
merupakan landasan untuk menyampaikan pengetahuan keislaman sejak
turunnya wahyu pertama. Lagipula, bukanlah Allah bisa saja mengukir
wahyu dengan cahaya di atas langit yang bisa dibaca dengan mudah oleh
orang-orang Islam? Namun Dia memilih untuk mewahyukan Al Qur’an dan
menyampaikannya lewat malaikat kepada para Nabi dan kemudian dari
generasi ke generasi. Wahyu terjadi dengan cara seperti itu bukan dengan
alasan lain kecuali untuk menekankan bahwa setiap orang harus belajar
dari seseorang yang lebih mengetahui. Dan ini sesuai dengan perintah
dalam Al Qur’an:
Tanyakanlah olehnu kepada orang-orang yang berilmu, jika tiada mengetahui (Q 21;7)
Nabi Saw sendiri berkali-kali menegaskan bahwa ia belajar Al Qur’an
melalui Malaikat Jibril. Jibril menyampaikan Al Qur’an kepada Nabi Saw
dan beliau mengajarkannya kepada para sahabatnya, selanjutnya sahabat
meneruskannya kepada para tabi’in dan demikian seterusnya dalam rantai
tanpa putus.eramuslim
No comments:
Post a Comment