Kerajaan Turki Usmani mulai melemah semejak
meninggalnya Sulaeman Al Qanuni. Pengganti Sulaeman I, Sultan Salim II
merupakan pemimpin yang lemah dan pada umumnya tidak berwibawa. Sehingga kenaikan
Sultan Salim II (1566-1574) dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani
dan berakhirnya zaman keemasannya.
Selain itu para pembesar kerajaan hidup dalam
kemewahan sehingga sering terjadi penyimpangan keuangan Negara. Sekalipun demikian
serangan Eropa masih terus berlangsung terutama penaklukkan terhadap kota Wina
di Australia. Usaha penaklukkan ini ternyata juga tidak berhasil.
Melemahnnya semangat perjuangan prajurit utsmani menyebabkan
sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi musuh-musuhnya. Pada tahun 1663,
tentara utsmani menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada
Spanyol, bandulia, dan armada sri paus. Tahun 1676, Pasukan Usmani juga
mengalami kekalahan dalam pertempuran di Hungaria. Pada tahun 1699 Turki kalah
dalam pertempuran di Mohakez sehingga terpaksa menandatangani perjanjian
karlowits yang berisi pernyataan kerajaan Usmani harus menyerahkan seluruh
wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada penguasa Venetia.
Pada
1770 M pasukan Rusia mengalahkan pasukan Usmani di Asia kecil. Sehingga pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul
Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan
Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta
memberikan izin kepada Rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan
laut putih.
Periode keruntuhan kerajaan Turki Usamani
termanifestasi dalam dua priode yang berbeda pula, yaitu: pertama, priode
desentralisasi yang dimulai pada awal pemeritahan Sultan Salim II (1566-1574)
hingga tahun 1683 ketika angkatan bersenjata Turki, Usmani gagak dalam merebut
kota Fiena untuk kedua kalinya. Kedua, priode dekompresi yang terjadi dengan
munculnya anarki internal yang dipadukan dengan lepasnya wilayah taklukan satu
per satu.
Pada abad ke 16 kelompok derfisme telah menjadi
kelompok yang solid dan mendominasi kekuatan politik bahkan menggeser posisi
para aristoerat Turki tua. Namun pada perkembangan selanjutnya terjadi konflik
intern yang menyebabkan mereka berkotak-kotak dan terjebak dalam politik
praktis. Mereka mengkondisikan Sultan agar lebih suka tinggal menghabiskan
waktunya di Istana Keputren ketimbang urusan pemerintahan, agar tidak terlibat
langsung dalam intrik-intrik politik yang mereka rancang.
Dengan mengeploitasi posisinya di mata penguasa
terhadap rakyat, mereka memanipulasi pajak dengan kewajiban tambahan kepada
petani, akibatnya banyak penduduk yang berusaha untuk masuk ke dalam korp
Jannisari. Hal ini mengakibatkan membengkaknya jumlah keanggotaan Jannisari
yang hingga pertengahan abad ketujuh belas mencapai jumlah 200.000 orang.
Faktor-Faktor penyebab hancurnya Turki Usmani. Untuk
menentukan faktor penyebab utama kehancuran kerajaan Turki usmani merupakan
persoalan yang tidak mudah. Alam sejarah lima abad akhir. Abad ke tiga belas sampai
abad ke Sembilan belas, Kerajaan Turki Usmani merupakan sebuah proses sejarah
panjang yang tidak terjadi secara tiba-tiba.
Mengamati sejarah keruntuhan Kerajaan Turki Usmani,
dalam bukunya Syafiq A. Mughani melihat tiga hal kehancuran Turki Usmani, yaitu
melemahnya sistem birokrasi dan kekuatan militer Turki Usmani, kehancuran perekonomian
kerajaan dan munculnya kekuatan baru di daratan Eropa serta serangan balik
terhadap Turki Usmani.
1. Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi
1. Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi
Ketergantungan sistem
birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan seorang sultan dalam mengendalikan
pemerintahan menjadikan institusi politik ini menjadi rentang terhadap
kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang cukup lemah cukup membuat peluang bagi
degradasi politik di kerajaan Turki Usmani. Ketika terjadi benturan kepentingan
di kalangan elit politik maka dengan mudah mereka berkotak-kotak dan terjebak
dalam sebuah perjuangan politik yang tidak berarti. Masing-masing kelompok
membuat kualisi dengan janji kemakmuran, Sultan dikondisikan dengan lebih suka
menghabiskan waktunya di istana dibanding urusan pemerintahan agar tidak
terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang mereka rancang. Pelimpahan
wewenan kekuasaan pada perdan menteri untuk mengendalikan roda pemerintahan.
Praktik money politik di kalangan elit, pertukaran penjagaan wilayah perbatasan
dari pasukan kefelerike tangan pasukan inpantri serta meluasnya beberapa pemberontakan
oleh korp Jarrisari, untuk menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak berdayaan
sultan dan kelemahan sistem birokrasi yang mewarnai perjalanan kerajaan Turki
Usmani.
2. Kemerosotan
kondisi sosial ekonomi
Perubahan mendasar
terjadi terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada struktur
ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi problem internal sebagai
dampak pertumbuhan perdagangan dsn ekonomi internasional. Kemampuan kerajaan
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa Eropa
telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi kepentingan
mereka sendiri. Perubahan politik dan kependudukan saling bersinggungan dengan
perubahan penting di bidang ekonomi. Desentralisasi kekuasaan dan munculnya
pengaruh pejabat daerah memberikan konstribusi bagi runtuhnya ekonomi
tradisional kerajaan Turki Usmani.
3. Munculnya kekuatan Eropa
3. Munculnya kekuatan Eropa
Munculnya politik baru
di daratan Eropa dapat dianaggap secara umum faktor yang mempercepat proses keruntuhan
kerajaan Turki Usmani. Konfrontasi langsung pada dengan kekuatan Eropa berawal
pada abad ke XFI, ketika masing-masing kekuatan ekonomi berusaha mengatur tata
ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk membenahi Negara dan masyarakat,
bangsa Eropa malah menggalang militer, Ekonomi dan tekhnologi dan mengambil
mamfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.
Pemberontakan-pemberontakan
terjadi dimana-mana, mulai dari Makkah, Wahabiyah, Druze dan pemberontakan di
Wilayah pusat kekuasaan telah memperlemah kekuatan militer dan politik.
4. Pemberontakan-pemberontakan
internal.
No comments:
Post a Comment