a) Lintas
Sejarah Malaysia
Malaysia sebagai negara persekutuan
tidak pernah ada sampai tahun 1963. Sebelumnya, sekumpulan koloni didirikan
oleh Britania Raya pada
akhir abad ke-18, dan paro barat Malaysia
modern terdiri dari beberapa kerajaan
yang terpisah-pisah. Kumpulan wilayah jajahan itu dikenal sebagai Malaya Britania hingga
pembubarannya pada 1946, ketika kumpulan itu disusun kembali sebagai Uni Malaya.
Karena semakin meluasnya tentangan, kumpulan itu lagi-lagi disusun kembali
sebagai Federasi Malayapada
tahun 1948 dan kemudian meraih kemerdekaan pada 31 Agustus 1957.
Singapura, Sarawak, Borneo Utara,
dan Federasi Malaya bergabung
membentuk Malaysia pada 16 September 1963.
Tahun-tahun permulaan persekutuan baru diganggu oleh konflik militer dengan Indonesia dan
keluarnya Singapura pada 9 Agustus 1965.
Bangsa-bangsa di Asia Tenggara mengalami
ledakan ekonomi dan menjalani perkembangan yang cepat di penghujung abad ke-20.
Pertumbuhan yang cepat pada dasawarsa 1980-an dan 1990-an, rata-rata 8% dari
tahun 1991 hingga 1997, telah mengubah Malaysia menjadi negara industri baru.
Karena Malaysia adalah salah satu dari tiga negara yang menguasai Selat Malaka, perdagangan
internasional berperan penting di dalam ekonominya. Pada suatu ketika, Malaysia
pernah menjadi penghasiltimah, karet dan minyak kelapa sawit di dunia.
Industri manufaktur memiliki pengaruh besar bagi ekonomi negara ini. Malaysia
juga dipandang sebagai salah satu dari 18 negara berkeanekaragaman hayati
terbesar di dunia.
Malaysia merupakan negara yang mempunyai
peranan strategik di kawasan Asia
Tenggara pada khususnya dan dunia pada umumnya. Di samping berada pada
kedudukan geografik yang menjadi laluan perdagangan antarabangsa sejak zaman
dahulu. Negara Malaysia adalah negara berkembang dan masih digolongkan pada
negara yang berpenghasilan menengah kebawah, tetapi beberapa sektor
mendapat prestasi dunia yang telah dicapai Malaysia yaitu record kembar
Petronis tertinggi di dunia, selainitu posisi mata uang ringgit cukup tangguh.
Terletak di semanjung Malaka Asia
Tenggara Malaysia yang ibu kotanya Kualalumpur mempunyai luas wilayah 332.370
Km2 atau 2,5 kali pulau Jawa. Sebagian besar wilayahnya mempunyai luas
wilayah berada 1.036 Km menyeberangi laut China selatan tepatnya di utara pulau
Kalimantan dan lainnya ada di pulau Penang. Pada tahun 2002 jumlah penduduk
Malaysia berkisar 22.229.040, bahasa resminya bahasa Melayu. Sedangkan
agama mayoritas Islam (53 %), Budha (17 %), KongFu Chu, Tao, Chinese (11 %),
Kristen (8,6 %) dan Hindu (7 %).[2] Namun
data yang terakhir penulis temukan bahwa sejalan dengan waktu perkembangan
jumlah penduduk dan penganut agama semakin meningkat dengan rata-rata 2,0
%.
Geografi daerah : 329.748 kiometer
persegi (127.315 mil persegi) agak lebih besar dari Meksiko, Ibukota Kuala
Lumpur, kota-kota lainnya, Penang, Ipoh, Malaka, Johor Baru, Shah Alam,
Klangtan, Kucing, Kota inabalu, Kota Baru, Kuala Trengganu, Petaling Jaya.
Malaysia dengan penduduk tahun 2008 populasinya 27,5 juta jiwa, laju
pertumbuhan 2,0 % kelompok etnis terdiri atas : melayu 53 %, cina 26 %, asi
11,8 %, indian 7,7 % lainya 1,2 %. Bahasa terdiri bahasa melayu resmi, cina
dialek macam, inggris, tamil, asli.
Malaysia terdiri dari dua bagian,
Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Malaysia Barat merupakan sebuah semananjung
yang tepanjang di dunia, di bagian tengahnya membujur pegunungan dari utara ke
selatan. Pegunungan tersebut tediri dari beberapa rangkaian sejajar. Daratan
rendah utama adalah daratan rendah Kedah di utara, daratan rendah Selangor di
Barat, daratan rendah Johor di Selatan dan daraytan rendah Kelantang dan
Pahang di Pantai Timur, daratan rendah di pantai Timur makin ke Selatan makin
melebar.
Negara ini dipisahkan ke dalam dua
kawasan oleh Laut Cina Selatan Malaysia
berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei,
dan Filipina.
Malaysia terletak di dekat khatulistiwa dan
beriklim tropika. Kepala negara Malaysia
adalahYang di Pertuan Agong dan
pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri.
Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementer Westminister.
Suku Melayu menjadi
bagian terbesar dari populasi Malaysia. Terdapat pula komunitas Tionghoa - Malaysia dan India - Malaysia yang
cukup besar. Bahasa Melayu dan Islam masing
- masing menjadi bahasa dan agama resmi negara.
Penduduknya sebagian besar atau 61
% terdiri dari suku Melayu pribumi, pendatang terdiri dari orang muslim dan non
Muslim yaitu orang muslim dari Indonesia (Minangkabau, Jawa, Banjar, Bugis,
Aceh, Mandailing) dan orang muslim dari India, Cina, Pakistan, Persia dan Turki,
Sedangkan orang non muslim adalah Cina dan India. Mayoritas penduduknya adalah
muslim Suni pengikut Mazhab Syafií, Islam agama resmi.
b) Proses
Masuknya Islam di Malaysia
Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak
bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan Melayu, jauh sebelum datangnya Inggris di
kawasan tersebut. Sebab kerajaan ini dikenal dalam sejarah sebagai Kerajaan
Islam, dan oleh pedagang Gujarat melalui daerah kerajaan tersebut mendakwahkan
Islam ke Malaysia pada sekitar abad kesembilan.
Dari sini kemudian dipahami bahwa Islam
sampai ke Malaysia belakangan ketimbang sampainya Islam di Indonesia yang sudah
terlebih dahulu pada abad ketujuh. Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul
masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa
Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar. Sebelum Islam datang
wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan dunia yang
menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan India dengan wilayah China, dan
dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting.[5] Maka
tidak heranlah jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya pelbagai
keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang berinteraksi secara
kompleks.
Agama dan keyakinan itu pun telah mempengaruhi
susunan sosial, budaya, ekonomi, dan politik di wilayah ini. Menurut Prof. DR.
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) bahwa ada tiga isu masuknya Islam di
Malaysia yaitu Perbincangan tentang proses yang membawa kepada penyebaran Islam
ke Alam Melayu akan melibatkan perbincangan yang membabitkan tiga isu. Isu-isu
tersebut ialah bila tarikh sebenar Islam diperkenalkan kepada orang Melayu,
dari manakah asal-usul pendakwah yang menyebarkan agama tersebut dan
bagaimanakah proses ini boleh berlaku dengan begitu berkesan sekali. Dalam
menghuraikan ketiga-tiga isu ini kelebihan yang terdapat dalam hujah yang
diberikan oleh beliau telah mempelopori pendekatan yang memberikan perspektif
tempatan tentang proses yang membawa kepada penyebaran Islam ke Alam Melayu.
Isu pertama yang menimbulkan
perbincangan tentang penyebaran Islam di Alam Melayu adalah berkaitan dengan
bilakah tarikh tepat agama Islam mula disebarkan di rantau ini. Dalam
tulisannya, Hamka cenderung berpendapat bahawa agama Islam telah diperkenalkan
di rantau ini pada awal abad Hijrah (abad ketujuh Masihi). Pendapat yang beliau
kemukakan ini adalah berdasarkan kajian yang lakukan dengan merujuk sumber
Cina.[7]
Pendapat yang dikemukakan juga adalah dengan bersandar kepada tulisan
oleh seorang sarjana Barat, iaitu T.W. Arnold yang mengaitkan penyebaran
agama Islam dengan peranan yang dimainkan oleh pedagang-pedagang Arab. Dalam
kajiannya, T.W. Arnold mendapati bahawa pedagang-pedagang Arab telahpun
menjalin hubungan perdagangan dengan rantau sebelah timur sejak sebelum abad
Masihi lagi. Pada abad kedua Sebelum Masihi hampir keseluruhannya
perdagangan di Ceylon berada di tangan orang Arab. Menjelang abad kesembilan
Masihi kegiatan perdagangan orang Arab dengan Ceylon semakin meningkat apabila meningkatnya
hubungan perdagangan antara orang Arab dengan China. Menurut rekod sejarah,
menjelang pertengahan abad kelapan Masihi pedagang-pedagang Arab dapat ditemui
dengan ramainya di Canton. Dari abad ke-10 hingga abad ke-15, sebelum
kedatangan Portugis, orang Arab merupakan pedagang yang unggul dan hampir
tidak tercabar dalam menjalankan kegiatan perdagangan dengan Timur.
Berdasarkan pandangan yang diberikan
oleh T.W Arnold ini, Hamka berpendapat bahawa sudah semestinya apabila orang
Arab memeluk agama Islam mereka akan berusaha menyebarkan agama tersebut di
kawasan-kawasan di mana mereka menjalankan kegiatan perdagangan. Namun begitu,
hujah yang dikemukan ini sukar untuk dibuktikan karena ketiadaan maklumat
bertulis yang konklusif bagi menyokong pendapat yang diberikan. Lantaran itu,
dari segi rekod Hamka setuju dengan pandangan yang umumnya disepakati,
termasuklah oleh sarjana Barat bahawa Samudera-Pasai (abad ke-13-14) adalah
merupakan kerajaan Melayu-Islam yang pertama yang diwujudkan di rantau ini.
Islam masuk ke Malaysia pada abad
pertama Hijrah dibawa oleh para pedagang India, Persia, dan juga Arab melalui
suatu proses damai dan secara cepat diterima oleh masyarakat kerana mampu
berbaur dengan adat dan kebudayaan masyarakat tempatan.
Isu kedua para penyebar Islam tersebut
menurut T. W. Arnold.[8] tidak
datang sebagai penakluk dengan menggunakan kekuatan pedang untuk menyebarkan
Islam, sebagaimana yang terjadi di wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan
Afrika. Mereka juga tidak menguasai hak-hak penguasa tempatan untuk menekan
rakyat, sebaliknya mereka hanya sebagai pedagang yang memanfaatkan kepintaran
dan peradaban mereka yang lebih tinggi untuk kepentingan penyebaran Islam
dengan memperkenalkan toleransi dan persamaan antara manusia. Bagi penganut Hindu,
yang agama mereka mengajarkan sistem kasta dalam masyarakat, agama Islam yang
baru mereka kenali adalah umat
menarik perhatian, khususnya di kalangan pedagang yang cenderung kepada
orientasi kosmopolitan.[9] itulah
sebabnya penerimaan orang Melayu terhadap agama Islam adalah berkait erat
dengan keluhuran agama tersebut.
Isu ketiga suatu proses perubahan
kebudayaan tidak akan berlaku jika tidak ada titik-titik kesamaan yang saling
menghubungkan, begitu juga yang terjadi pada Islam dan kebudayaan Malaysia.
Seandainya Islam dengan serta merta menghapuskan segala kebudayaan dan tradisi
yang wujud sebelumnya, mungkin ia sama sekali tidak akan menemukan tempat untuk
memasuki pulau-pulau di kawasan ini. Islam sebenarnya telah masuk di pelbagai
wilayah Malaysia berabad-abad sebelum pengislaman besar-besaran dimulai. Para
pedagang asing telah lama menetap di bandar-bandar dan kerajaan-kerajaan Islam
pertama yang terdapat di Sumatera bahagian Utara dan Pantai Barat Semenanjung
sejak lebih kurang Abad ke-13, atau mungkin lebih awal daripada itu. Akan
tetapi, menurut Harry J.Benda.[10] Baru
pada Abad ke 15 dan 16 agama Islam menjadi kekuatan kebudayaan dan agama utama
di kepulauan Nusantara. Perubahan yang agak mendadak ini mungkin disebabkan
semakin meluasnya ajaran sufisme (mistik Islam) oleh para sufi yang berperanan
sebagai pendorong gerak maju agama ini.
Ajaran mistik Islam ini ternyata
menemukan banyak titik kesamaan dengan ajaran Hindu dan banyak disebarkan oleh
orang daripada India yang beragama Islam. Melalui pelbagai hubungan titik
persamaan ini, Islam ternyata mempunyai banyak kesesuaian dengan budaya
masyarakat tempatan. Oleh itu unsur tasawuf menjadi aspek yang lebih dominan
dalam proses Islamisasi di wilayah ini.
Menurut ahli sejarah Malaysia, Islam
masuk ke semenanjung ini sebelum abad ke-12 berbeda pendapat penulis barat yang
mengatakan sekitar abad ke-13 atau 14. Penulis Malaysia didasarkan pada mata
uang dinar emas yang ditemukan di Klantang tahun 1914, bagian pertama mata uang
itu bertuliskan al-julus kelatan dan angka arab 577 H, yang bersamaan dengan
tahu 1161 M, bagian kedua bertuliskan äl-Mutawakkil, gelar pemerintahan
Kelantang. Dan jika kita lihat batu nisan tua tertulis arab ditemukan ke Kedah
tahun 1963 pada makam Syekh Abdul Kadir bin Syekh Husen Shah Alam (w. 291 H),
abad ke-9 merupakan awal perkembangan Islam di kawasan selat Malaka dan
kawasan-kawasan yang menghadap ke laut Cina Selatan, sebagaimana diakui Dinasti
Sung (960-1279), bahwa masyarakat Islam telah tumbuh di sepanjang pantai laut Cina
Selatan.
Sekitar tahun 1276 M di masa Sultan
Muhammad Syah bertahta di Malaka, datang sebuah kapal dagang dari Jeddah yang
dipimping kapten kapal yang bernama Sidi Abdul Aziz, yang juga seorang ulama
Islasm, Sidi Abdul Aziz lalu menganjurkan raja Malaka saat itu yang telah di
Islamkan untuk menukar namanya menjadi Sultan Muhammad Syah.[13] Dalam
sejarah negeri Kedah disebutkan bahwa Islam masuk ke Kedah pada tahun 1501 M,
pada suatu hari datanglah seorang alim bangsa Arab di Kedah yang bernama Syekh
Abdullah Yamani yang kemudian mengislamkan raja dan pembesar serta anak negeri
Kedah. Raja Pramawangsa akhirnya dianjurkan oleh Syekh Abdullah menukar namanya
etelah masuk Islam menjadi sultan Muzafar Syah. Syekh Abdullah mendapat kiriman
Al- Qurán dari sahabatnya pendakwah di Aceh yaitu Sykh Nuruddin Makki.
Kedatangan Islam dan proses islamisasi
berlangsung melalui jalur perdagangan atas peranan para pedagang muslim dan
mubaliq dari Arab dan Gujarat, para dai’ setempat dan penguasa Islam. Sejak
awal abad ke-7 semananjung Malaka dan nusantara merupsakan jalur perdagangan
utama antara Asia Barat dan Timur jauh serta kepulauaan rempah-rempah Maluku,
semananjung tidak dapat dipisahkan dari gugusan pulau-pulau nusantara, mereka
juga singgah di pelabuhan-pelabuhan semenanjung.
Bahwa proses islamisasi di Malaysia yang
memainkan peranan penting dalam mengembangkan ajaran Islam adalah ulama atau
pedagang dari jasirah Arab, yang pada tahun 1980-an Islam di Malysia mengalami
perkembanga dan kebangkitan yang ditandai dengan semaraknya kegitan dakwah dan
kajian Islam oleh kaum intelektual dan setiap tahun menyelenggarakan kegiatan
Internasional yaitu Musabaqh Tilawatil Al-Qurán yang selalu diikuti oleh Qari
dan Qariah Indonesia.
Negara Malaysia yang menganut agama
resmi Islam menjamin agama-agama lain dan oleh pemerintah diupayakan
menciptakan ketentraman, kedamaiaan bagi masyarakat, walaupun pemegang jabatan
adalah pemimpn-pemimpin muslim, tidak berarti Islam dapat dipaksakan oleh semua
pihak, sebagai konsekwensi semua masyarakat termasuk non muslim harus
menghargai dan menjunjung tinggi konstitusi negara kebangsaan Malysia.
c) Perkembangan
Islam di Malaysia
Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat
asal datangnya Islam ke Asia Tenggara termasuk di Malaysia, sedikitnya ada tiga
teori. Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab
(Hadramaut). Kedua, Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar. Ketiga,
Islam datang dari Benggali (kini Banglades).
Sedangkan mengenai pola penerimaan Islam di Nusantara termasuk di Malaysia
dapat kita merujuk pada peryataaan Ahmad M. Sewang bahwa, penerimaan Islam pada
beberapa tempat di Nusantara memperlihatkan dua pola yang berbeda. Pertama,
Islam diterima terlebih dahulu oleh masyarakat lapisan bawah, kemudian berkembang
dan diterima oleh masyarakat lapisan atas atau elite penguasa kerajaan. Kedua,
Islam diterima langsung oleh elite penguasa kerajaan, kemudian
disosialisasi-kan dan berkembang ke masyarakat bawah. Pola pertama biasa
disebut bottom up, dan pola kedua biasa disebut top down. Pola
ini menyebabkan Islam berkembang pesat sampai pada saat sekarang di malaysia.
Pola pertama melalui jalur
perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbagai etnik dan ras yang
berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah
perdagangan, politik, sosial dan keagamaan. Di tengah komunitas yang majemuk
ini tentu saja terdapat tempat mereka berkumpul dan menghadiri kegiatan
perdagangan termasuk dirancang strategi penyebaran agama Islam mengikuti
jaringan-jaringan emporium yang telah mereka bina sejak lama. Seiring itu pola
kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa dimana istana sebagai pusat
kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan kehidupan sosial, dengan
dukungan ulama yang terlibat langsung dalam birokrasi pemerintahan, hukum Islam
dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah ditulis sebagai landasan
legitimasi bagi penguasa Muslim.
Sisa-sisa peninggalan sejarah yang juga
membuktikan perkembangan Islam di Malaysia dapat dilihat sesudah abad ke
sepuluh, pada abad ke-15 misalnya dan ketika itu Brunei masih bergabung dengan
malaysia, Salah satu sumber dari cina menyebutkan ada enam masjid di Malaysia
dan ditemukan batu nisan silsilah keturunan raja-raja Brunei. Sultan Brunei
ketika itu adalah Abdul Djalil Jabar tahun 1660, isterinya adalah putri sultan
Sukadana dari Sambas. Kemudian pada tahun 1852 ada masjid jami dibangun di
daerah Kucing, pada tahun 1917 dibangun madrasah di Malaysia yang disebut
Madrasah Al-Mursyidah.
Fakta-fakta sejarah ini mengindikasikan bahwa Islam di Malaysia terus mengalami
perkembangan yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetauan dan pendidikan
Islam semakin mengalami kemajuan.
Memasuki awal abad ke-20, bertepatan
dengan masa pemerintahan Inggris, urusan-urusan agama dan adat Melayu lokal di
Malaysia di bawah koordinasi sultan-sultan dan hal itu diatur melalui sebuah
departemen, sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah tahun 1948, setiap
negara bagian dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah departemen urusan
agama. Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum Islam yang
diterapkan sebagai hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi pengadilan
agama (mahkamah syariah) yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan itu, juga
ilmu pengetahuan semakin mengalami perkembangan dengan didirikannya perguruan
tinggi Islam dan dibentuk fakultas dan jurusan agama.[20] Perguruan
tinggi kebanggaan Malaysia adalah Universitas Malaya yang kini kita kenal
Universistas Kebangsaan Malaysia.
Memasuki masa pasca kemerdekaan, jelas
sekali bahwa pola perkembangan Islam tetap dipengaruhi oleh pihak penguasa (top
down). Sebab, penguasa atau pemerintah Malaysia menjadikan Islam sebagai agama
resmi negara. Warisan undang-undang Malaka yang berisi tentang hukum Islam yang
berdasarkan konsep Qur’aniy berlaku di Malaysia.
Di samping itu, ada juga undang-undang
warisan Kerajaan Pahang diberlakukan di Malaysia yang di dalamnya terdapat
sekitar 42 pasal di luar keseluruhan pasal yang berjumlah 68, hampir identik
dengan hukum mazhab Syafii.
Pelaksanaan undang-undang yang berdasarkan Alquran, dan realisasi hukum
Islam yang sejalan dengan paham Syafii di Malaysia sekaligus mengindikasikan
bahwa Islam di negara tersebut sudah mengalami perkembangan yang signifikan.
Dengan adanya proses islamisasi di
Malaysia yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan ajaran Islam adalah
ulama atau pedagang dari jazirah Arab yang pada tahun 1980-an Islam di Malaysia
mengalami perkembangan dan kebangkitan yang ditandai dengan semaraknya kegiaan
dakwah dan kajian Islam oleh kaum itelektual dan menyelenggarakan kegiatan
intenasional yaitu Musabaqah ilawatil Al-Qur’an yang selalu diikuti qari qariah
Indonesia.Selain tersebut perkembangan Islam di Malaysia makin bertambah maju dan pesat,
dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam
penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa
perkemabangan Islam di Malaysia, tidak banyak mengalami hambatan. Bahkan,
ditegaskan dalam konstitusi negaranya bahwa Islam merupakan agama resmi negara.
Di kelantan, hukum hudud (pidana Islam) telah diberlakukan sejak 1992.
Namun demikian Malaysia yang menganut
agama resmi Islam tetap menjamin agama-agama lain dan oleh pemerintah
diupayakan menciptakan ketentraman, kedamaian bagi masyarakat walaupun pemegang
jabatan adalah pemimpin-pemimpin muslim, tidak berarti Islam dapat dipaksakan
oleh semua pihak, sebagai konsekwensi semua masyarakat termasuk non muslim
harus menghargai dan menjunjung tingi konstitusi negara kebangsaan Malaysia.
Smbr :m-belajar
No comments:
Post a Comment